Liputan6.com, Surabaya - Risma, panggilan akrab Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, kedatangan empat siswa Surabaya yang tergabung dalam Aliansi Pelajar Surabaya. Mereka adalah Aryo Seno Bagaskara dari SMAN 5 Surabaya, Rafli R dari SMAN 2 Surabaya, Nabila Yasmindra dari SMAN 18 Surabaya, dan Kitaro Desmon Santoso dari SMAN 4 Surabaya.
Aryo Seno Bagaskara, selaku juru bicara mewakili teman-temannya menyampaikan, kedatangannya ke ruang kerja wali kota karena ingin sowan dan bisa tetap menjalin hubungan baik meskipun pengelolaan SMA/SMK kini ada pada Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan tidak lagi dikelola oleh Pemerintah Kota (Pemkot).
"Dulu sewaktu di Orpes (organisasi pelajar Surabaya), kami sering berkumpul dan mengobrol dengan Bu Risma. Ini agak lama tidak bertemu beliau. Karena itu kami sowan ke sini," tuturnya, Selasa, 8 Agustus 2017.
Selain menyampaikan rencana membentuk komunitas resmi pelajar Surabaya dan melakukan kongres pelajar, Seno juga menceritakan unek-uneknya setelah SMA/SMK tidak lagi gratis setelah tidak lagi dikelola Pemkot.
Awalnya, dia dan beberapa teman-temannya sempat was-was tidak bisa membayar SPP dan khawatir kegiatan sekolah akan tidak berjalan lancar. Seiring berjalannya waktu, mereka juga masih suka lupa membayar SPP karena tidak terbiasa.
Baca Juga
Advertisement
"Jadi, bayarnya sering telat. Tapi seiring waktu, kami mulai beradaptasi. Dan sekolah juga memberi toleransi, telat nggak apa-apa," katanya.
Seno menyebut kebanyakan yang mampu membayar itu adalah mereka yang berasal dari kalangan menengah ke atas. Namun, dia mengaku banyak pula teman-temannya yang tak bisa bayar SPP.
Dia bersama beberapa teman kemudian mendata teman-temannya yang memang kesulitan untuk membiayai sekolahnya. "Memang ada beberapa yang belum bisa bayar. Teman-teman pernah urunan untuk membantu bayar SPP," ucapnya.
Wali Kota Tri Rismaharini menitipkan pesan kepada Seno dan kawan-kawannya untuk ikut mengawal dan melaporkan bila ada teman-teman sekolahnya yang tidak bisa membayar SPP dan terancam putus sekolah.
"Saya nitip tolong, teman-temanmu yang tidak bisa melanjutkan sekolah karena tidak bisa bayar, tolong disampaikan ke saya," tutur Risma.
Wali kota juga berpesan, meskipun pengelolaan SMA/SMK tidak lagi dipegang Pemkot, tetapi Seno dan kawan-kawannya harus terus semangat bersekolah dan berprestasi. Terlebih, mereka memiliki potensi.
"Yang paling penting, kalian harus berhasil. Kalian harus membanggakan orangtua kalian, kota dan negara dengan prestasi kalian," katanya.
Organisasi Pelajar Surabaya dulu awalnya dibentuk dengan harapan sebagai wadah untuk menyerap apa yang ingin disampaikan oleh pelajar SMP dan SMA di Surabaya. Ini sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Anak.
Dalam perjalanannya, mereka kemudian dimaksimalkan oleh Dinas Pendidikan Kota Surabaya sebagai konselor sebaya alias pendamping bagi teman mereka yang mengalami masalah.
"Ternyata konselor sebaya ini efektif untuk membantu menangani permasalahan teman-temannya di sekolah. Masalah di sekolah sangat kompleks dan kita bisa langsung tangani. Terbukti, angka kenakalan remaja turun drastis," ujarnya.
Saksikan video menarik di bawah ini: