Kenali 3 Penyakit Mematikan Sebelum Membeli Hewan Kurban

Masyarakat, bisa mengantisipasi kemungkinan terjangkitnya hewan yang akan dibeli dengan memahami ciri-ciri hewan yang terkena penyakit.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 17 Agu 2017, 08:02 WIB
Diterbitkan 17 Agu 2017, 08:02 WIB
Hewan kurban
Peternakan sapi di Cilacap sudah mempersiapkan hewan kurban siap jual menjelang Hari Raya Idul Adha 1438 H. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo).

Liputan6.com, Cilacap - Dinas Pertanian dan Peternakan (Dipertanak) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, meminta masyarakat mewaspadai kemungkinan hewan kurban terjangkit tiga penyakit berbahaya, yakni antraks, penyakit mulut dan kuku (PMK), serta cacing hati.

Kepala Dipertanak Cilacap, Gunawan mengatakan, tiga penyakit itu kerap menyerang hewan ternak besar, terutama yang biasa dipakai sebagai hewan kurban, seperti sapi dan kerbau. Masyarakat, bisa mengantisipasi kemungkinan terjangkitnya hewan yang akan dibeli dengan memahami ciri-ciri hewan yang terkena penyakit.

"Yang jelas harus waspada, ketika membeli hewan kurban agar bisa memastikan hewan itu sehat," kata Gunawan kepada Liputan6.com, Selasa, 15 Agustus 2017.

Secara umum, penyakit antraks dapat dikenali dengan ciri-ciri hewan akan merasa gelisah, sesak napas, pembengkakan pada leher, dada, isi perut, pinggang dan kelamin keluar serta keluar darah kehitaman encer dari lubang tubuh. "Antraks bisa menular kepada manusia," dia mengungkapkan.

Adapun penyakit kuku dan mulut bisa dilihat dari kesehatan bibir dan mulut hewan ternak. Pada hewan yang terserang PMK, di mulut dan kuku hewan muncul bercak semacam luka yang menggoreng. Biasanya, hewan ini akan bertambah kurus jika sudah terserang penyakit itu.

"Kalau penyakit PMK itu secara umum bisa dilihat secara kasat mata. Jangan membeli hewan kurban yang ada luka di mulut dan kakinya. Mengoreng. Itu tanda-tanda penyakit PMK," dia menjelaskan.

Yang paling sulit, kata Gunawan, adalah melihat ciri-ciri fisik penyakit cacing hati. Sebab, penyakit ini tak mudah dikenali dari ciri-ciri luar. Bisa saja, hewan yang terjangkit cacing hati berperawakan gemuk. Namun, secara umum hewan yang terserang cacing hati berbulu kusam dan cenderung kurus tak segar.

"Kalau yang paham ciri-ciri secara spesifik  itu Pak Daryono itu (Kabid Peternakan). Kalau cacing hati bisa dilihat setelah disembelih. Dibelah hatinya, kalau ada cacing hatinya dibuang. Jangan dikonsumsi," ujar Gunawan.

Gunawan menjelaskan, menjelang Hari Raya Idul Adha, 1 September mendatang, Dipertanak bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten membentuk tim pemantau untuk menyisir pusat penjualan hewan kurban, pasar hewan peternakan.

"Kita harus memastikan hewan qurban yang dijual menjelang Idul Adha itu memenuhi kriteria kesehatan," katanya.

Selain itu, Dipertanak juga menggelar pelatihan untuk panitia kurban di masing-masing kecamatan. Dalam pelatihan itu, peserta akan berlatih teknis penyembelihan hewan kurban yang sehat dan etis, mulai dari higienitas, teknis merubuhkan hewan ternak, hingga teknik pengulitan sampai pemotongan daging.

"Tahun lalu yang muncul penyakit itu, cacing hati. Kalau ada, kita minta hatinya dibuang, kalau dagingnya masih boleh dikonsumsi. Per eks-distrik itu mengelar pelatihan penyembelihan hewan kurban untuk panitia-panitia di masjid," Gunawan menerangkan.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya