Teror Bom Molotov pada Pejabat Jadi PR Polisi Pekanbaru

Polisi masih mengumpulkan bukti-bukti di lapangan untuk menguak pelaku maupun motif serangan bom molotov terhadap dua pejabat di Pekanbaru.

oleh M Syukur diperbarui 06 Sep 2017, 08:30 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2017, 08:30 WIB
Teror Bom Molotov
Kediaman salah satu pejabat Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kota Pekanbaru, Riau, mendapat serangan bom molotov dari orang tak dikenal. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Dalam setahun terakhir, ternyata ada dua rumah pejabat di Pemerintah Kota Pekanbaru, Riau, mendapat serangan bom molotov dari orang tak dikenal. Namun, hingga kini, belum ada satu pun kasus yang terungkap.

Sebelum kediaman Kepala Bidang Bina Marga di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kota Pekanbaru, Shanti Rahmayanti alias Santi, rumah Muhammad Noer yang pernah menjabat Sekretaris Kota Pekanbaru juga menjadi korban.

Terkait peristiwa di rumah Santi pada Rabu, 30 Agustus 2017, penyidik Satuan Reserse Kriminal Polresta Pekanbaru masih berupaya mengungkap siapa pelaku dan mencari apa motif serangan bom molotov yang membakar depan rumah pejabat Dinas PUPR di Jalan Gang Meranti, Kecamatan Payung Sekaki, tersebut.

"Sejauh ini, sudah ada tiga saksi yang diperiksa dari keluarga korban. Belum mengarah ke orang tertentu pelakunya," ucap Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru, Komisaris Polisi (Kompol) Bimo Ariyanto, Selasa (5/9/2017) siang.

Saat ini, Bimo menjelaskan, polisi masih mengumpulkan bukti-bukti di lapangan. Meski demikian, penyidik belum mengetahui apa motif dari serangan bom molotov, apakah masalah pribadi korban atau terkait pekerjaan yang berhubungan dengan proyek.

"Belum diketahui motifnya, korban juga menyebut, sebelum kejadian, tidak ada mendapat ancaman dari seseorang," tutur mantan Kasat Reskrim Polres Kota Dumai ini.

Pejabat Tak Ada di Rumah Saat Serangan

Bom Molotov dan Ketapel Jadi Senjata Demonstran di Venezuela-AFP-20170427
Demonstran bersenjatakan bom molotov saat demonstrasi menentang Presiden Nicolas Maduro di Caracas, Venezuela, Rabu (26/4). Hingga kini, bentrokan antara demonstran dan polisi telah menyebabkan 26 orang tewas. (AFP PHOTO)

Adapun teror bom molotov diketahui pejabat Dinas PUPR itu saat sedang berada di Jakarta, tepatnya di Bandara Soekarno-Hatta. Menurut Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru, Kompol Bimo Ariyanto, pejabat bernama Santi itu hendak pulang ke Pekanbaru.

Ketika itu, Santi mendapat telepon dari suaminya, Welly Herlambang, yang sedang di rumah. Kepada sang istri, Welly mengatakan bahwa teras depan rumah dilempar bom molotov dan mengakibatkan lantai teras rumah, dinding, dan pintu rumah korban menjadi terbakar dan hitam.

"Hasil olah tempat kejadian perkara ditemukan bekas botol sirop botol merek Kurnia. Akibat kejadian ini, korban mengalami kerugian materiel Rp 8 juta," Bimo menjelaskan.

Terkait kejadian tersebut, Pelaksana Harian (Plh) Sekretaris Kota Pekanbaru, Azwan, menyerahkan kepada Polresta Pekanbaru untuk mengungkapnya. Apalagi, sudah ada dua rumah milik pejabat yang menjadi korban bom molotov.

"Ini merupakan bentuk teror, sudah dua kali kejadian. Beberapa waktu lalu, rumah Pak Sekko, molotov juga," kata Azwan saat dihubungi di Pekanbaru.

Hanya saja, Azwan tidak mau berandai-andai terkait motif serangan bom molotov tersebut, apakah karena proyek di dinas tersebut atau masalah pribadi korban. Dia menyebut hal itu sepenuhnya hak kepolisian yang mengusut kasus ini.

"Itu kepolisian yang tahu kalau pelakunya tertangkap," katanya.



Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya