Liputan6.com, Bengkulu - Belasan mahasiswa perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Islam, Himpunan Mahasiswa Islam dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Komisariat Universitas Dehasen Bengkulu menggelar salat gaib sebagai bentuk kepedulian terhadap para korban krisis kemanusiaan dan konflik Rohingya di Rakhine, Myanmar.
Salat gaib yang digelar di aula perpustakaan kampus itu dipimpin Ketua UKM Kerohanian Islam, Taufik Hilman. Mereka menggelar salat gaib layaknya melaksanakan salat jenazah.
Ritual tersebut diakhiri dengan doa yang ditujukan kepada para korban meninggal dunia dari etnis Rohingya di Myanmar.
Advertisement
Ketua BEM Universitas Dehasen Bengkulu, Asep Agus Setiawan mengatakan, tragedi kemanusiaan di Rohingya sudah sangat memprihatinkan. Sudah banyak korban jiwa berjatuhan, jika tidak diambil sikap secara cepat, korban jiwa akan terus bertambah.
"Kita mengirimkan doa kepada saudara kita sesama muslim yang menjadi korban," ucap Asep di Bengkulu, Rabu, 6 September 2017.
Baca Juga
Saat ini, para mahasiswa Bengkulu menggalang konsolidasi untuk kembali menggelar aksi secara serentak. Tujuannya untuk mendesak pemerintah dan dunia internasional supaya mengambil sikap tegas dan langkah taktis terkait tragedi Rohingya.
"Putuskan hubungan diplomatik dengan pemerintah Myanmar, segera kirim bantuan kemanusiaan ke sana. Dunia internasional harus segera turun tangan," tutur Asep.
Usai menggelar salat gaib, para pimpinan lembaga kemahasiswaan itu menggalang aksi pengumpulan dana kemanusiaan untuk warga Rohingya. Dana yang terkumpul nantinya akan disatukan bersama semua pihak yang melakukan penggalangan dan dikirim secara serempak.
Ketua Badan Pelaksana Harian Yayasan Dehasen Bengkulu, Bando Amin C Kader, mengutuk keras pembantaian etnis Rohingya. Tidak hanya orang dewasa, para perempuan dan anak anak juga menjadi korban tragedi kemanusiaan di Myanmar.
Dia menyerukan kepada seluruh pimpinan lembaga di bawah Yayasan Dehasen, termasuk universitas, Akademi Kebidanan, dan Sekolah Tinggi Kesehatan, untuk melakukan penggalangan secara bersama-sama guna meringankan beban warga Rohingya.
Secara tegas Bando juga akan membiayai jika ada mahasiswa yang bersedia menjadi relawan untuk berangkat ke Myanmar.
"Saya akan ongkosi dan berikan biaya untuk mahasiswa yang bersedia menjadi relawan ke sana, kita akan buka posko untuk itu," kata Bando Amin C Kader.
Â
Galang Dana Sebelum Gelar Salat Gaib
Puluhan anggota Kepolisian Resor (Polres) Karanganyar menggelar salat gaib untuk mendoakan warga Muslim Rohingya yang menjadi korban tragedi kemanusiaan di Myanmar. Selain itu, aparat kepolisian itu itu juga menggalang dana untuk disumbangkan kepada para korban.
Penggalangan dana untuk para korban konflik Rohingya dilakukan usai apel pasukan di Mapolres Karanganyar, Rabu, 6 September 2017. Apel dan penggalangan dana tersebut dipimpin langsung Kapolres Karanganyar, AKBP Ade Safri Simanjuntak.
Penggalangan dana dilakukan petugas polisi dengan membawa kardus yang bertuliskan 'Aksi penggalangan dana keluarga besar Polres Karanganyar untuk Rohingya'. Selanjutnya, para anggota polisi memasukkan uang sumbangan ke dalam kardus. Dari hasil penghitungan, jumlah dana sumbangan yang terkumpul mencapai Rp 6 juta.
Setelah menggalang dana, para petugas polisi juga melakukan salat gaib untuk mendoakan arwah para korban konflik etnis Rohingya. Tak hanya itu, mereka juga menggelar doa bersama di masjid yang berada di komplek Mapolres Karanganyar.
Kapolres Karanganyar, AKBP Ade Safri Simanjuntak mengatakan aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk solidaritas kepada para korban konflik Rohingya yang terjadi di Myanmar.
"Ini sebagai aksi nyata kepedulian kita kepada korban konflik di Rohingnya," kata dia, Rabu, 6 Agustus 2017.
Dana sumbangan yang terkumpul, kata dia, selanjutnya akan diserahkan kepada para korban konflik di Rohingya melalui lembaga resmi. "Sumbangan penggalangan dana akan disalurkan melalui Lembaga resmi seperti Lazis untuk selanjutkan diserahkan kepada etnis Rohingya yang menjadi korban konflik," ujarnya.
Ade menambahkan aksi solidaritas ini muncul dari kepedulian para anggota keluarga besar Polres Karanganyar. Selain itu, pihaknya juga mendukung dan menghormati kebijakan diplomasi yang dilakukan pemerintah untuk konflik Rohingya.
"Kita berharap konflik di Rohingnya segera selesai," ujarnya.
Advertisement
Praktik Nyata Salat Gaib
Usai salat Zuhur berjemaah, seribuan siswa Madrasah Aliyah Negeri Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, menggelar doa bersama dan salat gaib di Masjid Nurul Ilmi yang berada di sekolah setempat, Selasa siang, 5 September 2017. Aksi tersebut sebagai bentuk keprihatinan atas kekerasan yang dialami ribuan orang etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar.
Wakil Kepala Kurikulum MAN Brebes, Sunata mengatakan, aksi doa dan salat gaib bersama digelar untuk memberikan dukungan dan solidaritas terhadap warga Rohingya yang beberapa tahun belakangan mengalami kekerasan di negara bagian Rakhine, Myanmar.
"Berdasarkan informasi di pemberitaan media TV ataupun media online kalau ribuan warga etnis Rohingya yang mayoritas muslim saat ini sedang tertindas. Mereka diberlakukan oleh tentara Myanmar dengan tidak manusiawi," ucap Sunata.
Menurut dia, tindakan tentara Myanmar kepada ribuan etnis Rohingya yang mayoritas muslim sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan. "Melihat berita tentang etnis Rohingya membuat saya sedih, krisis kemanusiaan sedang menimpa saudara-saudara kita disana," kata dia.
Sunata menjelaskan, pihak sekolah sengaja menggelar doa bersama dan salat gaib juga untuk memberikan edukasi kepada para siswa siswinya. Kedua, mengajak siswa untuk turut mendoakan warga Rohingya yang menjadi korban dalam tragedi kemanusiaan di Myanmar.
"Dengan doa yang kita panjatkan ini, diharapkan puluhan ribu warga Rohingya yang saat ini berjuang bertahan hidup di manapun berada agar tetap kuat dan tabah serta selalu diberikan perlindungan," ungkapnya.
Ia menjelaskan salat gaib itu juga ditujukan bagi warga Rohingya yang telah wafat dalam tragedi kemanusiaan tersebut, di samping sebagai pembelajaran praktik ibadah salat gaib bagi siswa.
"Dengan kegiatan ini supaya siswa-siswi kami merasakan penderitaan yang dirasakan warga Rohingya," kata dia.