Pertaruhan Nyawa Petugas Pengirim Air Bersih ke Pelosok Banyumas

Pada tahun ini, sebanyak 18 desa dan tiga kelurahan di 14 kecamatan mengalami krisis air bersih. Sebagian berlokasi di pegunungan tandus.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 13 Sep 2017, 17:32 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2017, 17:32 WIB
Pertaruhan Nyawa Petugas Pengirim Air Bersih ke Pelosok Banyumas
Pada tahun ini, sebanyak 18 desa dan tiga kelurahan di 14 kecamatan mengalami krisis air bersih. Sebagian berlokasi di pegunungan tandus. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banyumas – Krisis air bersih di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, pada dasarian kedua September ini menimpa 18 desa dan tiga kelurahan di 14 kecamatan. Sebagian di antaranya terletak di pegunungan tandus yang akses jalannya menanjak terjal dan berada di wilayah terpencil.

Itu sebabnya, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kerap kesulitan menjangkau wilayah-wilayah ini. Kadangkala, mereka baru tiba di lokasi krisis air bersih pada malam hari lantaran sulitnya medan, dan banyaknya desa yang meminta bantuan air bersih.

"Sampai saat ini, sudah mencapai sekitar 2.017 tangki. Itu memang ada daerah yang jangkauannya sulit," kata Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Banyumas, Kusworo, Selasa, 12 September 2017.

Sukaduka sebagai petugas pengirim bantuan air bersih sudah dipahami betul oleh para petugas. Demi mengemban amanah itu, mereka berjibaku, kadangkala sampai bertaruh nyawa.

Kusworo bercerita pada akhir pekan lalu, TRC mengirimkan bantuan air bersih ke Desa Kalitapen, Kecamatan Purwojati. Desa itu terletak di perbukitan dengan jalanan yang menanjak terjal.

Tangki pengangkut air bersih tak kuat menanjak, mundur, dan akhirnya terperosok ke hutan jati. Mereka masih beruntung lantaran tangki air itu tertahan oleh batang-batang jati, sehingga tak bablas anjlok ke jurang.

"Itu tangkinya sempat mundur dan masuk ke Kebun Jati. Untungnya tidak ada korban jiwa," ujarnya.

Tak hanya medan terjal, seringkali BPBD juga kesulitan memperoleh akses air yang jaraknya relatif dekat. Pasalnya, tak semua daerah memiliki instalasi PDAM maupun fasilitas air bersih yang sudah memenuhi standar. Jika mengirimkan air bersih dari PDAM Banyumas, jarak tempuh mencapai lebih dari 70 kilometer.

"Kita mencari sumber air bersih terdekat juga. Kalau harus bolak-balik ke Purwokerto, makan tenaga, biaya, waktu juga. Kalau Cilongok, itu kita pakai bekas sumur minyak Pertamina. Itu airnya bagus sekali," Kusworo menjelaskan.

Dia menyebut, salah satu daerah yang jauh dari sumber air bersih adalah Kecamatan Lumbir. Daerah ini, kata Kusworo, berjarak 60 kilometer dari Purwokerto. Ditambah masuk ke pedesaan, maka jaraknya lebih dari 80 kilometer.

Kusworo menerangkan, pada 2017 ini, BPBD Banyumas menyediakan stok air bersih hingga 2.000 tangki kapasitas 5.000 liter. Menilik krisis air 2015 lalu, 54 desa mengalami krisis air bersih pada puncak kemarau. Pada tahun ini, puncak kemarau diperkirakan terjadi pada Oktober 2017.

"Di puncak kemarau, satu desa bisa dikirimi air bersih sampai dua atau tiga kali. Itu kadang belum cukup. Makanya, mencari sumber air bersih yang dekat juga kita agar tidak menghabiskan waktu lama di perjalanan," tutur dia.

Dia menambahkan, selain bantuan air bersih BPBD yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Banyumas 2017, sejumlah lembaga pemerintahan, BUMN, kalangan swasta, hingga perorangan, juga turut membantu pengadaan air bersih.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya