Fungsi Water Canon Polisi Berubah Saat Kekeringan Landa Brebes

Water canon polisi biasanya dikerahkan untuk mengatasi massa saat berunjuk rasa.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 12 Sep 2017, 00:02 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2017, 00:02 WIB
Fungsi Water Canon Polisi Berubah Saat Kekeringan Landa Brebes
Water canon polisi biasanya dikerahkan untuk mengatasi massa saat berunjuk rasa. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Liputan6.com, Brebes - Warga Desa Karang Bale, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, mengalami kekeringan sejak musim kemarau tiba. Untuk meringankan beban warga, Kepolisian Resor Brebes, Jawa Tengah, menyalurkan air bersih kepada masyarakat pada Rabu, 6 September 2017.

Uniknya, penyaluran bantuan sekitar 6000 liter air bersih tersebut dilakukan dengan mengerahkan salah satu kendaraan taktis yang dimiliki Polres Brebes yakni, Armor Water Cannon (AWC).

Kendaraan taktis tersebut yang sehari-hari digunakan untuk pembubaran massa saat terjadi demonstrasi, dialihfungsikan membawa bantuan air bersih. Kapolres Brebes AKBP Sugiarto mengatakan, penggunaan mobil water canon tersebut dinilai sangat efektif dalam menyalurkan bantuan air bersih.

"Mobil rantis AWC tersebut sangat efektif karena sekali jalan bisa mengangkut air sejumlah enam ribu liter sehingga dapat menghemat dalam biaya operasionalnya," ucap Sugiarto.

Ia menjelaskan air yang dibagikan menggunakan water cannon adalah air bersih dari PDAM. Kedatangan kendaraan taktis pembawa air bersih tersebut langsung diserbu warga yang membawa jeriken untuk diisi air bersih.

"Masyarakat di sini sangat membutuhkan air bersih untuk kebutuhan sehari–hari. Semoga dengan pemberian air bersih ini bisa bermanfaat untuk masyarakat," ucap Sugiarto.

Kapolsek Larangan AKP Joko Witanto menambahkan, sebelumnya Polsek Larangan juga sudah membagikan sedikitnya 30 jeriken air bersih di Desa Pamulihan. Pihaknya membenarkan adanya beberapa desa di wilayahnya kesulitan air bersih.

Di Desa Karangbale misalnya, kondisi tersebut dikarenakan banyak warga yang belum memiliki PDAM dan mengandalkan air sungai. Sedangkan, kondisi sungai saat ini sedang kering dan masyarakat harus membeli air bersih yang bisa mencapai Rp 12 ribu per galon.

Dengan kondisi tersebut, sebagian masyarakat dirasa sangat memberatkan. Akibatnya, sebagian besar warga harus menghemat air untuk kebutuhan sehari-hari.

"Dengan bantuan ini mudah-mudahan bisa sedikit membantu warga yang kesulitan air bersih di desa ini," kata dia.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

Ribuan Warga Tegal Krisis Air Bersih

Di Kabupaten Tegal, ribuan warga di Kabupaten Tegal kesulitan air bersih sejak kekeringan melanda desa mereka dalam sebulan terakhir ini. Mereka terpaksa mengandalkan bantuan droping air bersih dari pemerintah.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal, Tedjo Kisworo mengatakan, penduduk yang kesulitan air bersih tinggal di tiga kecamatan. Yakni Kecamatan Suradadi, Dukuhwaru, dan Kecamatan Balapulang.

Desa yang terdampak kekeringan ada enam yakni Desa Kertasari dan Desa Jatimulya di Kecamatan Suradadi, Desa Gumayun dan Desa Sindang di Kecamatan Dukuhwaru.

"Kemudian warga di Desa Sesepan dan Kalibakung Kecamatan Balapulang," kata Tedjo.

Ia menjelaskan, dalam sebulan terakhir ini, badan penanggulangan secara intensif mengirimkan bantuan air bersih ke desa-desa. Tedjo mengaku harus jemput bola ke lokasi kekeringan, karena selama ini tidak mendapatkan laporan dari warga atau perangkat desa setempat.

"Kami sangat berharap perangkat desa yang wilayahnya dilanda kekeringan bisa melaporkan ke kami. Kami pastikan stok air bersih tercukupi," ujarnya.

Menurut warga sekitar, selama musim kemarau, penduduk hanya mengandalkan bantuan air bersih dari pemerintah. Air itu, kata dia, digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan minum. Air bersih dari PDAM dalam sebulan terakhir ini kerap tidak mengalir.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal pada Selasa, 1 Agustus 2017, menyuplai air bersih di empat desa tersebut. Mobil tanki yang membawa bantuan air bersih langsung diserbu warga.

"Alhamdulillah ini dapat air bersih, biasanya beli air PAM Rp 4.000 satu jeriken," ujar Daris (40) warga Desa Kertasari, Kecamatan Suradadi.

Ia mengaku, kesulitan untuk mendapatkan suplai air bersih. Selain sungai, air sumur dirumahnya juga sudah mulai mengering.

"Semua sumber air mulai mengering, kalau adapun sedikit dan airnya keruh. Jadi ya lebih baik beli saja jirikenan," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya