Cerita Sukses Mengelola Taman Mangrove di Madura

Para mantan TKI menjaga taman mangrove tetap bersih dan alami, sehingga pengunjung bisa betah bersantai dan belajar.

oleh Musthofa Aldo diperbarui 05 Okt 2017, 07:02 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2017, 07:02 WIB
Hutan Mangrove
Kuncoro Kukuh, mantan TKI, sukses mengelola hutan mangrove di Bangkalan. (Liputan6.com/ Musthofa Aldo)

Liputan6.com, Bangkalan - Kuncoro Kukuh begitu menikmati suasana di Taman Pendidikan [Mangrove](/3046132 ""). Memakai caping, bos perusahaan minyak dan gas (migas) pelat merah PHE WMO itu jalan kaki keliling hutan ditemani pengelola taman.

"Meski matahari terik, suasana di sini teduh banyak mangrove, sangat nyaman buat berlibur," kata dia pada Senin, 2 Oktober 2017.

Hutan mangrove seluas 3,5 hektare itu terletak di Desa Labuhan, satu kampung pesisir nan gersang di Kecamatan Sepuluh. Itu sekitar dua jam dari pusat kota Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.

Kukuh berkunjung untuk melihat perkembangan hutan karena dana pelestarian TPM Labuhan berasal dari CSR PHE WMO.

"Perkembangannya semakin bagus, semakin rindang. Saya ingin hutan ini alami, tak banyak bangunan, biarkan ekosistem memainkan perannya secara alami," ujar dia.

Untuk tetap menjaga kelestarian, Kukuh meminta pengelola menerapkan aturan yang ketat untuk pengunjung. Aturan itu tidak boleh kendor. Dengan begitu, dia berharap masyarakat dan pengunjung punya rasa saling memiliki.

"Apalagi, sekarang hutan ini jadi objek penelitan burung Eropa dan tempat mahasiswa bikin skripsi, jadi harus dijaga kelestariannya," Kukuh menegaskan.

Kukuh mempercayakan pengelolaan hutan mangrove Labuhan kepada warga sekitar. Mereka tergabung dalam kelompok tani Cemara Sejahtera. Dibentuk sejak 2014, anggotanya kini berjumlah 60 orang dan hampir separuhnya merupakan bekas TKI di Malaysia. Salah satunya Syahril, Sekretaris di Poktan Cemara Sejahtera.

"Sejak hutan ini dikelola dengan baik, banyak pengunjung dan menciptakan lapangan pekerjaan, setidaknya warga bisa jualan," kata dia.

Menurut dia, banyaknya pengunjung berisiko pada kelestarian hutan, khususnya sampah plastik sisa bungkus makanan. Selain berasal dari pengunjung, kadang sampah plastik juga terbawa oleh air laut. Saat air pasang banyak sampah terbawa ke pesisir.

"Jadi setiap hari, anggota poktan bergiliran pungut sampah," cerita Syahril.

Tiap hari, taman mangrove Labuhan bisa dikunjungi, mulai pukul tujuh pagi hingga lima sore. Selain hari Minggu, pelajar dilarang berkunjung. Larangan ini dibuat agar tempat itu tidak dijadikan tempat bolos sekolah.

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya