Susu Kambing Peranakan India Ampuh Obati Asma

Kepercayaan sejumlah kelompok masyarakat yang meyakini bahwa susu yang dihasilkan peranakan India ini bisa menjadi penyembuh asma.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 07 Nov 2017, 17:31 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2017, 17:31 WIB
Kisah Susu Peranakan India Penyembuh Asma
Seorang akademia CJA EMP Semarang mencoba susu kambing Etawa dan menghabiskannya. (foto : Liputan6.com/CJA EMP Semarang/edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Yogyakarta - Matahari sudah keluar agak tinggi dari ufuk timur. Sunardi (50) bergegas menuju kandang, memberi makan kambing Etawa miliknya. Ia harus menyapa dan mencurahkan kasih sayangnya pada kambing-kambing itu.

Ketika siang, kambing-kambing itu dibiarkan menikmati tidur siang. Sunardi sangat berkepentingan pada kambing-kambingnya. Sunardi adalah ketua kelompok ternak Dwi Tunggal, di kecamatan Gamping, Sleman, Yogyakarta.

"Selain rumput, mereka diberi jamu sebulan sekali. Minuman campuran jahe, temu ireng, ubi jalar, dan rempah-rempah lain," kata Sunardi kepada Gina Mardani Cahyaningtyas, grand finalis Citizen Journalist Academy Energi Muda Pertamina Semarang saat berkunjung dalam edutrip Pertamina II di Yogyakarta, Sabtu, 4 November 2017.

Kambing Etawa merupakan persilangan kambing dari India dan lokal pada tempo silam. Kambing ini termasuk ternak dwi guna, yakni penghasil susu dan daging. Khusus di kelompok ternak Dwi Tunggal, usaha yang dikembangkan baru sebatas pengolahan susu.

"Di sini lebih banyak betina dan pejantannya baru satu, jadi hasil usahanya masih berupa susu," kata Sunardi.

Kelompok ternak Dwi Tunggal merupakan satu dari sekian masyarakat binaan TBBM Pertamina MOR IV. Selain kelompok ternak Dwi Tunggal, ada pula Kelompok Usaha Bersama Sukorno yang beranggotakan istri para peternak. Mereka bertugas memerah susu dan pengolahannya.

Pemerahan dilakukan setiap pagi dan sore. Setiap satu liter susu mampu diolah menjadi lebih kurang 600 gram susu bubuk. Pengolahannya pun masih dilakukan secara manual, yakni susu dan tambahan gula dimasak dengan suhu sedang, diaduk terus menerus hingga padat dan menjadi bubuk.

Menurut Sunardi, pengolahan susu kambing Etawa ini guna memenuhi permintaan pasar yang cukup tinggi. Hal itu tak lepas dari kepercayaan sejumlah kelompok masyarakat yang meyakini bahwa susu yang dihasilkan peranakan India ini bisa menjadi penyembuh asma.

"Khasiat susu kambing etawa bisa untuk obat asma. Sudah banyak yang beli untuk mengobati asma," kata Sunardi.

Ia mengatakan sejumlah pelanggan yang sakit asma pun memiliki kesehatan lebih baik setelah mengonsumsi susu kambing Etawa. Susu kambing Etawa disebut juga mampu mengurangi penderita sakit bronkitis dan TBC.


Posyandu Kambing

Posyandu Kambing
Posyandu Kambing Etawa didirikan untuk menjaga kualitas susu yang dihasilkan. (foto : Liputan6.com/Gina Mardani cahyaningtyas/edhie prayitno ige)

Kelompok Usaha Bersama (Kube) Sukorno sendiri kemudian mencoba menambah keberagaman produk, bukan hanya susu bubuk Kambing Etawa aneka rasa. Pembuatan es krim dari susu kambing Etawa menjadi pilihan. Sejauh ini, produk kube Sukorno masih dijajakan di toko kecil milik warga setempat.

Tak salah jika pengolahan es krim semakin dibuat beragam, sebab menilik manfaatnya sebagai penyembuh Asma, dan mempertimbangkan selera masyarakat, tentu akan banyak pilihan.

Tak hanya itu, kotoran si peranakan India inipun juga diolah, apalagi kalau tak digarap menjadi pupuk kandang. Pemanfaatan ini jelas sangat berkait erat dengan kondisi sosial masyarakat yang masih memiliki budaya agraris.

"Kotorannya untuk pupuk. Membantu menyuburkan tanah, kalau nanem-nanem cabe. Harganya 15 ribu sebagor," kata Sunardi.

Agar kesehatan kambing-kambing Etawa ini tetap terjaga, dibentuk juga Posyandu Kambing. Menurut Tunjung Baskoro Adi, Manajer Health Safety Environment Terminal Bahan Bakar Minyak (HSE TBBM) Rewulu, melalui program CSR (Corporate Social Responsibility) Pertamina di sekitar lokasi itu memang mencoba menggarap produktivitas dari hulu hingga hilir.

"Harus diakui, kita memang belum menyentuh pendampingan bidang networking. Masih berkutat pada produksi," kata Tunjung.

Penulis : Gina Mardani Cahyaningtyas, grand finalis Citizen Journalist Academy, Energi Muda Pertamina Semarang, kelas Menulis

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya