Pagi di Gombengsari Bersama Kambing dan Seduhan Kopi

Antara kambing dan kopi tercipta hubungan simbiosis mutualisme di Gombengsari, Banyuwangi. Keduanya berkontribusi pada kesejahteraan warga.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 30 Jul 2017, 06:01 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2017, 06:01 WIB
Pagi di Gombengsari Bersama Kambing dan Seduhan Kopi
Antara kambing dan kopi tercipta hubungan simbiosis mutualisme di Gombengsari, Banyuwangi. Keduanya berkontribusi pada kesejahteraan warga. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Banyuwangi - Tak henti berinovasi. Semangat itu pula yang dimiliki warga Desa Gombengsari yang berlokasi di Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. Desa di kabupaten paling timur daratan Jawa itu kaya akan potensi peternakan kambing dan perkebunan kopi.

Terletak di kaki Gunung Ijen dengan pohon mahoni yang lebat membuat hawa desa sejuk sepanjang hari. Namun, pengunjung tak hanya bisa menikmati hawa itu, tetapi juga bisa terlibat dalam aktivitas sehari-hari warga.

"Di sini lengkap, selain menikmati hawanya yang sejuk, juga bisa melihat perkebunan kopi dan pengolahannya hingga peternakan kambing etawa," tutur Anas dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Rabu, 26 Juli 2017.

Anas mengatakan, Gombengsari memiliki potensi yang luar biasa, ditambah dengan hawanya yang sejuk, sangat pas untuk dijadikan destinasi wisata unggulan daerah. Desa ini, cocok dikembangkan ekowisata.

"Kami ingin mengembangkan ekowisata, karena konsep ini tidak merusak lingkungan. Desa ini juga potensial dikembangkan sport tourism. Tidak perlu kita ubah, alamnya tetap kita jaga seperti ini," kata Anas.

Salah satu langkah yang dilakukan demi menggaet wisatawan adalah menggelar Gombengsari Farm Festival. Dalam festival itu, pengunjung bisa melihat proses pengolahan biji kopi, mulai pengupasan kopi, pengeringan, penyangraian hingga penggilingan. Seduhan kopi beraroma nikmat juga bisa dinikmati secara gratis oleh pengunjung di sini.

Di zona kambing, ratusan kambing mulai jenis etawa, peranakan etawa dan jenis lainnya. Kambing-kambing itu tidak hanya dipamerkan, namun juga dijual. Harganya beragam, ada yang mulai Rp 2,5 juta hingga Rp 30 juta untuk kambing jenis ettawa.

Menariknya, para pengunjung juga bisa menikmati ribuan tusuk sate kambing muda yang dibakar dengan cara unik. Sebanyak 20 kambing disiapkan untuk acara ini.

Antara kambing dan kopi tercipta hubungan simbiosis mutualisme di Gombengsari, Banyuwangi. Keduanya berkontribusi pada kesejahteraan warga. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Ratusan sate ditusukkan ke dalam sepotong pelepah pisang, lalu dibakar di atas sebuah pembakaran besar. Para pengunjung pun saling berebut menikmati sajian sate gratis ini.

"Enak, empuk lagi satenya. Ayo, bareng-bareng nikmati satenya," ajak Bupati Anas kepada pengunjung usai membakar sate ramai-ramai.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Arief Setiawan menambahkan Kecamatan Kalipuro merupakan sentra peternakan kambing terbesar di Banyuwangi dengan populasi lebih dari 10 ribu ekor yang 2.000 ekor dihasilkan oleh Desa Gombengsari.

Potensi ternak ini muncul, lanjut Arief, tidak lepas dari adanya perkebunan kopi warga yang telah menjadi mata pencaharian turun temurun. Tanaman pelindung kopi digunakan bahan pakan ternak.

"Perkebunan kopi dan peternakan kambing telah menjadi satu ekosistem yang saling menopang di Desa ini," kata Aief.

Luas lahan perkebunan kopi rakyat di Gombengsari mencapai 850 hektare. "Setiap kelompok tani tersebut telah memproduksi bubuk kopi kemasan dengan merek yang berbeda. Ada yang mereknya Kopi Lego, Kopi Seblang, Kopi Gandrung, Kopi Lerek, dan Kopi Mas," ujar Arief.

Data dari Dinas pertanian menunjukkan produksi kopi perkebunan rakyat Banyuwangi pada 2016 mencapai 9.794 ton dengan luas lahan 9.649 hektare. Desa Gombengsari juga memproduksi susu kambing etawa yang dipasarkan di luar Banyuwangi. Setiap bulannya desa ini bisa memproduksi 4000 liter susu kambing.

 

Saksikan video menarik di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya