Liputan6.com, Gorontalo - Keberadaan ikan-ikan tradisional Danau Limboto terancam hilang dari habitatnya. Sebut saja, ikan Dumbaya atau ikan Betok, ikan Payangga atau ikan Bujuk, Huluu, Manggabai, Saribu dan beberapa jenis ikan lainnya. Maraknya penyetruman ikan disinyalir sebagai penyebab utama.
Dari penelusuran Liputan6.com, belakangan sangat sulit menemukan ikan-ikan tadi dijual oleh nelayan Danau Limboto di jalan trans Kelurahan Dehuwalolo, Kecamatan Limboto. Kalaupun ada, hanya ada dua sampai 10 ekor saja.
Kelangkaan ikan khas Danau Limboto tak terlepas dari ulah nelayan yang sering menggunakan cara instan. Selain penyetruman, sejumlah nelayan juga masih menggunakan pukat untuk menangkap ikan. Akibatnya, bibit-bibit ikan ikut terjala hingga memutus pengembangbiakkan ikan-ikan itu.
Advertisement
Baca Juga
Menurut nelayan setempat, sudah ada sosialisasi mengenai hal itu, tetap realisasinya belum nampak. Tetap saja masih ada kegiatan-kegiatan tersebut.
"Banyak yang datang sosialisasi mengenai hal itu, tapi tetap saja masih banyak penyetruman ikan," kata Anis (53), nelayan setempat.
Dia menambahkan, ikan-ikan seperti dumbaya, payangga dan lain-lain itu merupakan primadona Danau Limboto. Sekarang, tangkapannya jauh berkurang, bahkan hampir tidak ada lagi.
"Dulu ikan-ikan seperti dumbaya, payangga itu sangat banyak. Bahkan sampai dijual sampai ke Jakarta sana. Sekarang, sudah kurang dan hampir punah," tutupnya.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Gorontalo, Abdulbar Jahja pun mengamini bahwa masih banyak nelayan yang menggunakan alat penangkap ikan yang terlarang, seperti penyetrum ikan dan pukat. Untuk itu, kata dia, pihaknya akan terus mempersuasi nelayan sampai akhir 2017.
Mulai tahun depan, pihaknya akan bekerja sama dengan aparat keamanan untuk menindak tegas oknum yang masih menangkap ikan dengan cara ilegal tersebut.
"Kami menghimbau kepada masyarakat agar tidak memakai alat penangkap ilegal agar tidak memutus kembang biak ikan, khususnya di Danau Limboto," katanya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Danau Limboto Juga Terancam
Danau Limboto merupakan danau satu-satunya di Kabupaten Gorontalo yang menjadi sumber penghidupan masyarakat sekitar. Namun, usia danau terbesar di Gorontalo itu diperkirakan kurang dari 10 tahun lagi.
Kepala Badan Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) II Gorontalo Jeanne Mike Wagey mengatakan kondisi Danau Limboto kian kritis. Pasalnya, sedimentasi di danau ini cukup besar di samping pesatnya perkembangan eceng gondok.
Untuk itu, pihaknya melakukan kegiatan lomba bersih-bersih lingkungan kembali. Jika sebelumnya di DAS Bulango, Kelurahan Siendeng, Kota Gorontalo, kali ini di sekitar Danau Limboto, Desa Pentadio, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo.
"Kalau tidak ada upaya pelestarian, sudah pasti danau ini akan hilang selamanya," kata Jeanne.
Jeanne mengimbau kepada seluruh elemen masyarakat untuk bergotong royong untuk menyelamatkan danau yang kondisinya kian kritis tersebut. "Pemerintah dan masyarakat harus bersatu untuk menyelamatkan Danau Limboto," kata dia lagi.
Pada kegiatan peringatan Hari Air Dunia itu BWSS II Gorontalo kembali menggelar lomba bersih-bersih Danau Limboto di mana seluruh pegawai pemerintah daerah dan masyarakat sekitar antusias membersihkan eceng gondok di sekitar lokasi.
"Dalam peringatan Hari Air ini, ada sejumlah kegiatan dari hulu hingga hilir yang dilaksanakan mulai dari penanaman pohon, menjaga mata air dan pembersihan Danau Limboto," kata Jeanne.
Advertisement