Gondo Puspito, 'Penjaga' Keris Asal Ponorogo

Perajin keris asal Ponorogo ini tidak pelit membagikan teknik pembuatan senjata khas tanah Jawa itu.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 18 Jan 2018, 07:00 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2018, 07:00 WIB
Keris Asli Ponorogo
Perajin keris Ponorogo. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Ponorogo - Keris termasuk benda pusaka pada zaman dulu. Bahkan hingga saat ini, keris tetap eksis. Meski begitu, senjata khas Indonesia itu perlu dijaga kelestariannya. Inilah yang diusahakan Gondo Puspito, perajin keris asal Ponorogo.

Warga Jalan Ternate, Ponorogo, ini mengakui kecintaannya terhadap benda yang satu ini memang sudah lama. Hal inilah yang menjadi pemicu dirinya untuk menjadi perajin keris dan warongko atau tempat keris.

"Kalau (jadi perajin) kerisnya baru sekitar empat tahunan," tuturnya kepada Liputan6.com, Rabu, 17 Januari 2018.

Menurut Gondo, ia tidak sengaja menjadi perajin keris. Awalnya, dia mencoba membuat keris sendiri. Ternyata, teman-temannya tertarik dan mulai memesan keris padanya.

"Dari situlah mulai banyak pemesannya," kata dia.

Bapak dua anak ini pun tak pelit membagikan informasi cara membuat keris. Dia menyebutkan bahan utama pembuatan keris adalah besi, baja, dan nikel atau yang biasanya dalam istilah Jawa disebut "pamor".

Kemudian bahan besi, baja, dan nikel tadi harus digembleng dengan cara ditempa oleh pandai besi. Saat sudah melunak, ketiga bahan tadi ditatah dan dipasang gonjo, lalu dihaluskan dan disepuh yang bertujuan mengeraskan.

Terakhir, ada campuran dari bubuk bata merah, sulfur, dan garam ditempatkan dalam satu wadah, kemudian keris ditancapkan dalam wadah tersebut, proses ini disebut dikamal.

Nantinya, saat proses kamal ini, bagian luar keris yang belum rapi akan keropos sehingga memunculkan bentuk pamor. "Seni membuat keris ini menarik, karena titik lebur ketiga bahan, besi, baja dan nikel berbeda," Gondo menambahkan.

Laris Manis hingga Luar Pulau

Keris Asli Ponorogo
Perajin keris Ponorogo. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Keris buatan Gondo dibanderol dengan kisaran harga Rp 3 juta-7 juta, tergantung tingkat kerumitannya. Menurut dia, yang paling banyak dipesan keris jenis Pakubuwono dan Mataraman.

"Kedua keris tadi kerap dipilih karena secara bentuk gagah, pamor mubyar/cemerlang dan biasanya bilah cenderung masih utuh," kata dia.

Peminatnya datang dari pulau Jawa, tetapi tak jarang warga Kalimantan pun memesan keris buatannya. "Keris buatan saya panjangnya 33-37,5 cm," dia menjelaskan.

Gondo juga menerangkan bahan pembuatan keris zaman dulu menggunakan batu meteor, sedangkan saat ini memakai nikel. "Kalau sekarang lebih mudah pakai nikel," ucapnya.

Dia berharap agar generasi penerus mau melestarikan warisan budaya leluhur ini. "Saya berharap ada generasi penerusnya," Gondo menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya