Liputan6.com, Lhokseumawe - Perburuan liar mendominasi angka kematian gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) di Provinsi Aceh. Pola itu terlihat dari data Seksi Konservasi Wilayah I Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh di Lhokseumawe.
Dari enam ekor gajah yang pada 2017, sebagian besar merupakan korban perburuan. Angka perburuan gajah paling tinggi di mulai dari Kota Sabang hingga Aceh Tamiang, di Kabupaten Aceh Timur.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Aceh Dedy Irvansyah mengatakan gajah-gajah tersebut dibunuh dengan cara diracun dan ditembak. Setelah terbunuh, diambil gadingnya sebagai bagian berharga dari gajah tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Dari temuan itu, gajah sengaja diburu untuk dibunuh dan diambil bagian tersebut.
"Untuk membedakan gajah korban perburuan dan konflik dengan manusia adalah pada kehilangan bagian tubuhnya yaitu gading. Sedangkan gajah yang menjadi korban ekses konflik manusia satwa, umumnya terjerat dan tersetrum listrik serta tidak kehilangan anggota tubuhnya terutama gading," ujar Dedy dilansir Antara, Jumat (19/1/2018).
Soal konflik manusia dan satwa, dia menjelaskan, itu terpicu bertambah areal perkebunan yang sebelumnya merupakan kawasan jelajah kawanan gajah tersebut. Karakteristik satwa yang memiliki belalai panjang tersebut menandai areal jelajahnya secara turun temurun termasuk daerah lintasannya.
"Terjadi konflik antara manusia dengan satwa karena kawasan habitatnya terganggu, baik karena pembukaan permukiman maupun pembukaan perkebunan, sehingga gajah tersebut berkeliaran di daerah tersebut dan menimbulkan kerugian pada tanaman perkebunan," jelasnya.
2 Gajah Jadi Korban Kecelakaan Lalu Lintas
Sebelumnya sebuah kecelakaan menewaskan dua ekor gajah. Sebuah truk jenis Fuso terguling di jalan lintas Sedayu, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, Selasa malam, 5 Desember 2017, sekitar pukul 19.40 WIB. Korban kecelakaan lalu lintas kali ini bukan hanya manusia, melainkan juga dua ekor gajah.
Pasalnya, truk ini membawa dua gajah jinak Taman Nasional Way Kambas. Kepala Balai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Subakir mengatakan truk Fuso yang terguling itu diduga akibat rem blong.
Truk tersebut membawa gajah jinak Way Kambas bernama Indra dan Berry.
"Mobil terguling saat di jalan menurun di Sedayu Kecamatan Semaka karena remnya blong dan mobil tidak bisa dikendalikan, sehingga terbalik," kata Subakir.
Akibatnya, kata dia, Gajah Indra dan gajah Berry terluka di bagian kaki belakang dan kepala. Selain itu, mahot atau pawang gajah yang turut dalam mobil Fuso turut terluka walau tidak sampai merenggut korban jiwa.
Menurut Subakir, dua ekor gajah dari Taman Nasional Way Kambas itu rencananya akan membantu konflik gajah dan manusia yang masih sering terjadi di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan (TNBBS).
"Pihak TNBBS meminta kepada Pak Dirjen KLHK agar mengirim gajah jinak Way Kambas untuk membantu konflik gajah dan manusia di TNBBS dan dari Dirjen diteruskan ke kami (TNWK) sehingga kami mengirim gajah dan mahotnya untuk membantu pihak TNBBS," ujar Subakir.
Mantan Kepala KSDA Lampung ini mengaku sudah berada di lokasi bersama seorang dokter hewan dan beberapa petugas. "Mohon doa untuk keselamatan semuanya, termasuk dua gajah tersebut," kata Subakir.
Saksikan video pilihan berikut:
Advertisement