Liputan6.com, Kebumen - Dua bocah perempuan tak canggung melintas di depan jajaran kandang ular piton berukuran jumbo. Mereka melompati tubuh ular piton raksasa yang tengah dikeluarkan dari kandang.
Beberapa lainnya, terutama anak lelaki, malah sibuk turut mengeluarkan satwa melata raksasa ini. Beberapa saat kemudian, mereka pun ikut membersihkan tubuh ular dengan kain lap.
Kebetulan, rumah Munding berada satu kompleks dengan tempat anak-anak ini mengaji. Anak-anak selalu melewati kandang ular piton yang dibangun dengan tembok berpengaman kaca.
Advertisement
Nyaris tiap sore, sebelum atau sesudah mengaji, anak-anak kecil di RT 01 RW 2, Desa Pejagoan, Kecamatan Pejagoan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, ini selalu bermain dengan ular-ular piton raksasa peliharaan Munding Aji (30), warga setempat.
Baca Juga
Tak main-main, ular yang diajaknya bercanda itu bukanlah ular dengan dengan bobot biasa. Rata-rata ular berbobot lebih dari satu kuintal.
Jenis ular sanca batik terbesar peliharaan Munding berbobot 300 kilogram. Namanya Rambo. Rambo telah diperlihara Munding selama 10 tahun. Ular piton raksasa ini menjadi maskot "Taman Ular".
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Syahrini dan Selvi Jadi Idola Anak-Anak
Saat itu, Rambo baru berumur kurang dari satu tahun dengan hanya sebesar jempol tangan dengan panjang kurang dari satu meter.
Namun, kini, Rambo telah berbobot tiga kuintal dengan panjang tubuh mencapai delapan meter. Tetapi, lantaran terlalu berat, bahkan hanya sekadar mengangkat kepalanya, anak-anak enggan bermain dengan Rambo
Namun, anak-anak ini rupanya lebih menyukai dua ular lainnya, yang bobotnya kurang lebih 200 kilogram, Syahrini dan Selvi. Alasannya, Syahrini dan Selvi lebih mudah diajak bermain lantaran kepalanya masih bisa diangkat oleh tubuh kecil anak-anak ini.
"Enggak takut, tapi berat,” kata salah satu anak, Arif Hidayat, Rabu, 25 Januari 2018.
Tak berbeda dengan Arif, Ahmad Nabil juga akrab dengan ular. Tak sedikit pun ia terlihat takut menggendong atau membelai-belai kepala ular.
Advertisement
Komunitas Pencinta Reptil
Sang ular pun tampak akrab dengan anak-anak ini. Beberapa kali sang ular mendesis. Mendesis dalam pengertian awam adalah suara menyeramkan dari jenis reptil tersebut yang nyaris tersebar merata di seluruh kawasan tropis ini.
Tetapi, di sini, suara desisan ular piton dianggap semacam suara ngorok kucing yang bahagia bertemu dengan tuannya.
Munding menjelaskan, kecintaannya terhadap hewan melatan raksasa ini berawal dari pertemuannya dengan komunitas pencinta reptil. Saat itu, ia takjub dengan anggota komunitas yang sama sekali tak takut bermain dengan ular.
Beberapa kali mengikuti pertemuan komunitas, akhirnya ia pun menyukai ular piton yang dikenal dengan motif kulitnya yang cantik itu. Saat ini, total ia memelihara 10 ekor ular. Seluruhnya adalah jenis sanca batik.
Umur ularnya bervariasi. Tertua, dan ular pertama yang dipeliharanya adalah Rambo, jenis kelamin perempuan.
Amel, Si Ular Albino Bermata Merah Jadi Bintang Baru
Sama dengan bocah-bocah Pejagoan, tamu yang berkunjung, baik dari komunitas reptil maupun masyarakat umum pun lebih menyukai Syahrini. Ular cantik ini menjadi idola.
Syahrini menjadi idola lantaran sifatnya yang kalem. Makannya pun lahap. Sebab itu, tubuhnya gendut menggemaskan. "Syahrini itu sudah dipelihara sekitar tujuh tahun Umurnya kurang lebih sudah delapan tahun," tutur Munding.
Belakangan, ular albino yang dipelihara Munding, Amel juga menjadi idola. Umurnya kurang lebih lima tahun. Bobotnya sekitar 100 kilogram.
Kulit tubuh Amel kuning gading berpadu putih. Motif batik nan cantik pun terlihat layaknya gradasi warna di atas tubuh berwarna cerah kekuningan.
"Amel jenis ratic, sehingga jarang sakit. Dia jantan," kata Munding.
Advertisement