Liputan6.com, Garut - Isu adanya teror ulama berupa ancaman penganiayaan dan pembunuhan yang tengah dikeluhkan kalangan ulama, kiai, ajengan, ustaz, dan imam masjid di Kabupaten Garut, Jawa Barat, ternyata tidak benar.
Berdasarkan penyelidikan di lapangan, Kapolres Garut, AKBP Budi Satria Wiguna mengatakan isu adanya teror ulama itu sengaja disebarkan pihak tertentu agar kondisi keamanan masyarakat menjadi tidak kondusif.
"Bikin resah saja, itu hanya hoaks saja, setelah saya selidiki, tidak ada tuh info (teror ulama) itu," ucap Budi, usai ekspose kasus tersebut, Rabu (7/2/2018).
Advertisement
Baca Juga
Menurut Budi, ancaman penganiayaan dan pembunuhan yang dilakukan orang gila, tidak ada. Saat ini, kondisi Garut menjelang digelarnya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak, 27 Juni mendatang, dalam keadaan kondusif aman terkendali.
"Kami juga mohon bantuan pihak masyarakat dan tokoh agama setempat, agar cross check (cek silang) setiap informasi (teror ulama) yang beredar," kata dia.
Santri Dianiaya
Ancaman keselamatan terhadap ulama memang tengah menjadi perhatian masyarakat Garut. Kejadian terakhir menimpa, Uloh Abdulloh (21), santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Futuhat di Kampung Pangauban, Desa Dano, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut.
Santri muda itu mendapat penganiayaan sekelompok orang yang diduga menanyakan keberadaan KH Ahmad Satibi, kiai mereka di pesantren tempatnya mengaji. "Persoalannya sudah selesai dan ternyata tidak benar (hanya hoaks)," ujar Budi.
Ihwal penganiayaan santri dan dugaan rencana penganiayaan yang akan dialamatkan kepada KH Ahmad Satibi, Budi menyatakan jika hal itu hanya kesalahpahaman semata antara santri dan kiai. "Hanya miscommunication (salah komunikasi) saja," ucapnya.
Hal itu dikuatkan dengan tidak adanya luka lebam atau bekas sayatan benda tajam saat pemeriksaan saksi pada Rabu siang tadi, sebagaimana ramainya pemberitaan yang beredar. "Tidak ada luka, korban dalam keadaan sehat," katanya.
Budi menambahkan, sebagai masyarakat yang terkenal rukun, lembaganya meminta seraya berharap agar masyarakat, tokoh masyarakat, dan tokoh agama di Garut, bahu-membahu menjaga ketenteraman.
"Jangan sampai Garut yang kondusif dirusak hal-hal yang tidak bertanggung jawab," ujarnya.
Advertisement
2 Kasus Pengeroyokan
Sebelumnya, dalam sepekan terakhir, dua kasus pengeroyokan dan penganiayaan yang diduga dilakukan orang gila menghebohkan warga Jawa Barat.
Dua pemimpin umat Islam, yakni KH Umar Basri (ulama Bandung pimpinan Pondok Pesantren Al-Hidayah, Santiong, Cicalengka) dan Prawoto, Komandan Brigade Pengurus Pusat Persatuan Islam (PP Persis) di Blok Sawah, Kelurahan Cigondewah Kaler, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung, menjadi korban penganiayaan.
Nyawa Kiai Umar masih terselamatkan meskipun terluka cukup parah di bagian kepala. Sementara, perlakuan sadis yang diterima Prawoto akhirnya mengakhiri hidup sang pimpinan Brigade Persis itu pada Kamis, 1 Februari 2018.
Isu ancaman terhadap ulama kemudian merebak ke Garut. Dua orang yang diduga orang gila di Cinunuk, Kecamatan Wanaraja, berencana menyerang imam masjid setempat. Namun, berdasarkan penyelidikan lapangan, ternyata informasi atau isu itu tidak benar.
Selanjutnya, penganiayaan menimpa Uloh Abdulloh (21), santri Ponpes Al-Futuhat di Kampung Pangauban, Desa Dano, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Sang santri mengaku mendapatkan perlakuan kasar oleh enam orang saat menanyakan guru mereka, Sabtu malam pekan lalu.
Kendati demikian, informasi itu langsung dinetralkan pihak kepolisian. Dalam keterangan yang disampaikan pimpinan pesantren dan korban di Mapolres Garut, Rabu siang tadi, informasi itu dianggap hanya kesalahpaham semata antara korban dan para pelaku yang belum diketahui tersebut.
Saksikan video pilihan di bawah ini: