Semarak Cap Go Meh, Menebar Amplop Merah Berburu Berkah

Warga keturunan Tionghoa ramai-ramai memberikan angpau saat barongsai dan liong keliling di jalanan kota Solo. Perayaan Cap Go Meh semarak.

oleh Fajar Abrori diperbarui 03 Mar 2018, 18:00 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2018, 18:00 WIB
Perayaan Cap Go Meh di Solo
Para pemain sedang bersiap untuk memainkan barongsai berkeliling di kawasan Coyudan untuk mengambil angpau di sejumlah pertokoan, Jumat (2/3).(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Solo - Setelah 15 hari perayaan Tahun Baru Imlek, perayaan Cap Go Meh digelar. Mereka yang meyakininya, Cap Go Meh adalah waktunya berbagi berkah dan menjauhkan diri dari marabahaya. Amplop merah pun dipasang di depan rumah untuk diambil barongsai dan naga liong sebagai penolak bala.

Cap Go Meh menandai berakhirnya perayaan Imlek. Pun di Kota Solo, Cap Go Meh dirayakan dengan atraksi barongsai dan naga long yang berkeliling ke area Pecinan di Solo. Dua kelompok berada di Kelenteng Tien Kok Sie, Pasar Gede dan satu kelompok kesenian liong barongsai di Kelenteng Poo An Kion di Coyudan.

Sebelum berkelililing, masing-masing kelompok liong barongsai melakukan sembahyang dan doa di kelenteng. Setelah ritual tersebut selesai, tambur langsung dipukul menandai dimulainya atraksi kesenian barongsasi dan liong.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Berburu Angpau

Perayaan Cap Go Meh di Solo
Seorang warga keturunan Tionghoa sedang memberikan angpau kepada Liong saat perayaan Cap Go Meh di Solo.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Dengan lincah dan cekatan, para pemain barongsai yang terdiri dari anak-anak dan remaja langsung menari mengikuti iringan tabuhan tambur dan pukulan simbal. Selain barongsai, para pemaian juga memainkan naga liong dengan liukan memutar secara cepat dan kompak.

Di setiap pertokoan maupun rumah di jalur yang dilintasi iring-iringan kirab kesenian Tionghoa tersebut sudah menyiapkan angpau, baik diletakkan di atas pintu maupun di pegang sendiri oleh sang tuan rumah.

Ada sebanyak empat barongsai yang menyisiri kawasan pertokoan Coyudan dan sekitarnya. Mereka berasal dari sanggar liong barongsai Tripusaka.

Setiap barongsai yang berisi dua orang pemain itu saling berbagi tugas. Mereka menyisir masing-masing toko yang memasang angpau.


Pengguna Jalan Ikut Berikan Angpau

Perayaan Cap Go Meh di Solo
Para pemain sedang bersiap untuk memainkan barongsai berkeliling di kawasan Coyudan untuk mengambil angpau di sejumlah pertokoan, Jumat (2/3).(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Tak hanya masyarakat keturunan Tionghoa yang memberikan angpau, para pengguna jalan dan masyarakat umum juga ikut memberikan angpau. Dengan melambaikan angpau di tangan, para barongsai itu akan mendekat dan melompat meraih angpau.

Bagi Ny Budianto kesempatan berbagi dengan memberikan angpau kepada barongsai menjadi tradisi yang selalu dilakukan di pengujung Imlek atau perayaan Cap Go Meh.

"Saya mengajak cucu-cucu untuk bisa melihat aksi barongsai dan liong karena mereka suka," kata dia di Coyudan, Solo, Jumat, 2 Maret 2018.

Bagi Ny Budianto memberikan angpau kepada barongsai dan liong memiliki arti supaya mendapatkan keselamatan dan banyak rezeki pada tahun shio Anjing Tanah ini.

"Kita memberikan angpau ini pastinya harus dengan ikhlas, dengan harapan akan selamat dan mendapat rezeki berlimpah," ucapnya.


Niat Berbagi

Perayaan Cap Go Meh di Solo
Barongsai sedang mencoba meraih angpau yang dipasang di atas pintu pertokoan di kawasan Coyudan, Solo.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Warga keturunan Tionghoa lainnya, Meina mengaku dengan memberikan angpau kepada para pemain barongsai merupakan salah satu cara untuk berbagi.

 "Kebetulan para pemain itu kan dari Yayasan Tripusaka yang merupakan siswa sekolah. Jadi bisa untuk tambahan uang saku buat mereka," ujarnya.

Ia dan keluarganya pun menyiapkan sejumlah angpau yang dibungkus amplop merah. Setelah satu angpau yang dipasang di atas ointu berhasil diraihnya, kemudian dipasang kembali amplop untuk diambil lagi oleh barongsai.


Sejarah Cap Go Meh dan Angpau

Perayaan Cap Go Meh di Solo
Para pemain sedang bersiap untuk memainkan barongsai berkeliling di kawasan Coyudan untuk mengambil angpau di sejumlah pertokoan, Jumat (2/3).(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Pengurus Kelenteng Tien Kok Sie, Henry Susanto menjelaskan tradisi memberikan angpau ketika Cap Go Meh sudah ada sejak zaman Dinasti Zing. Alkasih zaman Dinasti Cing ada monster yang meneror warga. Lantas ada singa yang membuat monster itu takut.

"Lalu warga membuat singa-singaan (lion dan barongsai) sebagai simbol tolak bala. Pemberian angpau kepada liong dan barongsai itu sebagai wujud terima kasih," jelas dia.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya