Riau Bakal Jadi Pusat Bahasa dan Budaya Melayu

Mendikbud telah merestui niat Provinsi Riau yang akan mengedepankan serta akan menambah anggaran untuk pendidikan muatan lokal budaya Melayu.

diperbarui 15 Mar 2018, 22:00 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2018, 22:00 WIB
Mendikbud Dialog Dengan MUI
Mendikbud Muhadjir Effendy memberi keterangan pada Rapat Pleno ke-19 Dewan Pertimbangan MUI di Jakarta, Rabu (23/8). Selain rapat juga dilakukan Dialog Kebijakan Pendidikan Nasional dan Kepentingan Umat Islam. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Pekanbaru - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy akan memberikan Riau hak lebih dalam kemajuan budaya Melayu. Hal ini tentu memberikan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Riau.

Tak hanya itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga akan menjadikan Riau sebagai pusat Bahasa Indonesia.

"Kita sama-sama tahu bahwa bahasa Indonesia ini berasal dari bahasa Melayu. Nah, kita akan memperkuat ciri khas Riau dari aspek kebudayaannya," katanya kepada Riauonline.co.id, Rabu, 14 Maret 2018.

Tak main-main, Menteri Muhadjir mengatakan telah melakukan perbincangan khusus bersama Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Riau, Wan Thamrin Hasyim dalam hal teknis untuk langkah ke depannya.

"Saya sudah diskusi dengan Plt Gubernur, komisioner yang Insya Allah Kemendikbud akan memberikan prioritas kepada Riau untuk melakukan pemeliharaan, pemajuan kebudayaan Riau termasuk bahasa. Dan Insya Allah Plt Gubernur akan menyediakan lahan. Sementara kita akan menyediakan bangunannya," imbuhnya.

Pusat budaya dan bahasa yang akan berada di Riau itu nantinya juga akan menjadi perpanjangan tangan dari Kemendikbud.

Tak hanya itu, Muhadjir juga telah merestui niat Provinsi Riau yang akan mengedepankan serta akan menambah anggaran untuk pendidikan muatan lokal budaya Melayu di Riau.

 

Baca berita menarik lainnya dari Riauonline.co.id di sini.

 

Anggaran Minim untuk Pendidikan Budaya Melayu

Kampung Arab Melayu Jambi
Rumah tradisional di Kampung Arab Melayu Jambi menjadi gambaran akulturasi budaya Tionghoa, Arab dan Melayu Jambi. (Liputan6.com/B Santoso)

Sebelumnya, Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Syahril Abubakar menyesalkan minimnya anggaran bagi pendidikan muatan lokal budaya Melayu di Riau.

Menurutnya, hal itu menjadi kendala bagi para pengajar untuk mendapatkan pendidikan khusus budaya Melayu.

"Kita hari ini tengah menghadapi persoalan muatan lokal budaya Melayu yang terkendala tenaga pengajar dimana belum semuanya mendapatkan pendidikan khusus budaya Melayu dari tingkat SD sampai ke tingkat SLTA sederajat," katanya di LAM Riau, Rabu, 28 Februari 2018.

Akibat minimnya anggaran ini menyebabkan beberapa tenaga pengajar nonmuslim turut dilibatkan. Di mana hal ini merupakan upaya yang cukup mengejutkan karena budaya Melayu sendiri kental dengan agama Islam.

Selain itu, pemerintah daerah diharapkannya juga turut serta dapat menggelontorkan anggarannya untuk memperkuat tatanan dasar budaya melayu di Riau.

"Kendala saat ini pemerintah daerah belum memberikan credit poin ditambah belum adanya tunjangan khusus. Kita harap mau menganggarkan membiayainya sehingga bisa berjalan dengan baik. Karena ini telah memiliki payung hukum serta telah ada dalam peraturan daerah," jelasnya.

Mendapatkan laporan seperti itu, Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Riau, Wan Thamrin Hasyim akan menindaklanjutinya. Wan Thamrin mengatakan demi mendukung tercapainya visi Riau 2020, pemerintah daerah harus bahu-membahu menuntaskan masalah ini.

"Kalau kita sudah mengenal kata mufakat walaupun dengan kondisi ekonomi kita seperti ini dimana mampu menjawab tantangan 2020. Kuncinya cuma satu. kesepakaktan kita bersama selama empat bulan ini saya menjadi Plt kita beri warna tersendiri untuk Riau ini. Kita berunding bersama karena pergubnya sudah ada. Alangkah bebalnya kita kalau seperti itu tak bisa dilaksanakan," tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya