Mengintip Serunya Tradisi Perang Lumpur di Bali

Mebuug-buugan berasal dari kata buug yang artinya tanah atau lumpur. Tradisi ini dilakukan setelah Hari Raya Nyepi.

oleh vayantri dewi divianta diperbarui 19 Mar 2018, 07:32 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2018, 07:32 WIB
tradisi mebuug-buugan
Peserta diperciki air tirta sebelum memulai tradisi mebuug-buugan (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Liputan6.com, Denpasar Pulau Bali memang tak pernah habis dalam hal tradisi dan budaya. Hampir saban hari ada saja atraksi seni dan budaya yang mereka tampilkan. Setelah Nyepi berlangsung, banyak tradisi yang dilangsungkan oleh warga. Ada Omed-omedan di Sesetan, ada Med-medan di Tuban, Kuta, ada pula Mebuug-buugan.

Tradisi [Mebuug-buugan](2195216 "") merupakan tradisi yang dijalankan oleh warga Kedonganan, Jimbaran. Tradisi ini berlangsung sehari setelah Nyepi atau saat Ngembak Geni. mebuug-buugan berasal dari kata buug yang artinya lumpur. kata itu mempunyai makna bersentuhan dengan tanah atau lumpur.

Koordinator acara, I Gede Sudiana menjelaskan, tradisi mebuug-buugan diambil dari kata buug yang berarti tanah atau lumpur. "Maknanya membersihkan diri di tahun baru ala Hindu," kata Sudiana di Kedonganan, Jimbaran, Bali, Minggu, 18 Maret 2018.

 

 

Terhenti Selama 60 Tahun

tradisi mebuug-buugan
peserta laki-laki melumuri badannya dengan lumpur (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Usai mengotori diri di pantai bagian timur, ratusan peserta [Mebuug-buugan](2195216 "") kemudian berjalan menuju pantai di bagian barat untuk membersihkan diri. Menurut dia, tradisi Mebuug-buugan sudah berlangsugn sejak seratus tahun lalu hidup.

Hanya saja, tradisi ini sempat terhenti selama 60 tahun. Baru pada tahun 2015 tradisi ini dihidupkan kembali setelah melalui proses rekonstruksi.

Menurut Gede, Sejak dihidupkan lagi, tradisi ini hanya diikuti oleh laki-laki. Namun, Belakangan kaum wanita mulai ikut terlibat dalam tradisi mebuug-buugan itu.

"Dalam tradisi ini lelaki semua bertelanjang dada. Sementara perempuan tetap menggunakan busana. Di dalam hutan mangrove mereka akan berperang lumpur atau melumuri diri dengan lumpur," katanya.

Gede menjelaskan, lumpur itu digunakan oleh orang-orang terdahulu untuk membersihkan rambut. "Ya, sejak seratus tahun lalu orang-orang menggunakan lumpur untuk berkeramas sebelum shampoo ditemukan. Tahun lalu sudah diteliti kandungan lumpur ini oleh ahli dari Universitas Udayana," ujarnya.

Menarik Minat Wisatawan Asing

mebuug-buugan
peserta mebuug-buugan bersiap menuju Pantai Kedonganan untuk membersihkan diri (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Sementara itu, tradisi [Mebuug-buugan](2195216 "") sangat menarik minat wisatawan untuk datang menyaksikan langsung tradisi mebuug-buugan. Terlihat Puluhan wisatawan asing yang rela bermandi lumpur hanya untk menyaksikan atraksi yang digelar di hutan mangrove Kedongan tersebut.

Bahkan, ada satu orang wisatawan bernama Marry asal Perancis turut serta menjadi bagian peserta mebuug-buugan. Mahasiswa baru Universitas Udayana ini tahu tradisi [Mebuug-buugan](2195216 "") dari rekannya yang kebetulan berasal dari Desa Kedonganan.

"Saya sangat senang mengikuti acara ini. Ini hari pertama saya berada di Bali," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya