Ketika Warga Perbatasan Lebih Senang Beli Elpiji Malaysia

Tidak hanya di Badau, bahkan di Putussibau, ibu kota Kapuas Hulu, masih banyak juga masyarakat memesan elpiji dari Malaysia.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Jul 2018, 11:02 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2018, 11:02 WIB
Ilustrasi Elpiji
Ilustrasi elpiji

Liputan6.com, Kapuas Hulu - Potret ironis terlihat di perbatasan Indonesia-Malaysia yang berada di wilayah Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Warga wilayah tersebut lebih memilih elpiji dari negara tetangga dengan beberapa pertimbangan.

"Elpiji Malaysia lebih murah dan isinya sesuai. Tidak seperti elpiji kita Indonesia, isinya biasa jauh berkurang," kata warga perbatasan di Kecamatan Badau, Kapuas Hulu, Yohanes, kepada Antara, Jumat (13/7/2018).

Menurut Yohanes, harga elpiji Malaysia ukuran 15,5 kg dan 16,5 kg hanya Rp 150 ribu-Rp 170 ribu/tabung. Untuk elpiji Indonesia Rp 180 ribu-Rp 200 ribu/tabung, sedangkan elpiji 3 kg tukar tabung gas Rp 35 ribu/tabung.

Dia mengatakan, elpiji nonsubsidi ukuran 5 kg nyaris tidak ada di Badau, karena memang kebanyakan masyarakat menggunakan gas Malaysia dan gas elpiji yang 3 kg.

"Gas 3 kg memang ada juga digunakan, namun rata-rata masyarakat menggunakan gas Malaysia," jelas Yohanes.

Ia juga menyampaikan bahkan ketika ada bazar murah khusus elpiji Indonesia di Badau yang diselenggarakan pemerintah daerah justru tidak diminati masyarakat.

Tidak hanya di Badau, bahkan di Putussibau, ibu kota Kapuas Hulu, masih banyak juga masyarakat memesan elpiji dari Malaysia.

Salah satunya, warga Putussibau, Sudirman (45), yang mengatakan dirinya lebih memilih elpiji Malaysia karena memang pas ukuran tidak berkurang.

"Terkadang kami kecewa meskipun tabung gas masih tersegel, tapi isinya tidak sesuai, justru jauh berkurang. Bahkan, harganya jauh lebih mahal dibanding elpiji Malaysia," tutur Sudirman.

Menyikapi persoalan tersebut, Dinas Perdagangan Kapuas Hulu belum bisa dikonfirmasi.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya