Kemasan Daging Kurban Ramah Lingkungan ala Warga Sumur Bandung

Kemasan daging kurban ramah lingkungan terinspirasi dari kemasan tahu Sumedang.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 22 Agu 2018, 19:02 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2018, 19:02 WIB
Bongsang daging kurban
Warga RW 07 menggunakan bongsang untuk membagikan daging kurban

Liputan6.com, Bandung - Warga RW 07, Kelurahan Kebon Pisang, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, mendistribusikan daging kurban dengan cara ramah lingkungan yakni mengganti penggunaan kresek dengan besek dan bongsang bambu alami.

"Kita menyiapkan besek dan bongsang ini sejak tadi malam. Ada 700 besek dan bongsang yang kita dapatkan dari daerah Cileunyi dan Dulatip," kata Ketua RW 07 Herman Sukmana (52), Rabu (22/8/2018).

Suka cita warga tampak saat pemotongan sapi dan domba di dua titik, yakni di Masjid At-Taqwa dan rumah salah seorang warga. Di Masjid At-Taqwa, warga sedang menyelesaikan pembagian daging lima ekor sapi dan empat domba. Daging kurban ini akan dibagikan kepada sekitar 700 warga.

Herman mengungkapkan, penggunaan wadah yang terbuat dari bambu ini dilakukan sebagai pengganti kresek atau plastik. Hal ini bisa mengurangi sampah plastik yang tak bisa didaur oleh alam.

"Dengan memakai besek dan bongsang, daging juga lebih aman dari kontaminasi bahan kimia plastik. Lebih sehat, apalagi ini juga sekalian membantu para perajin besek untuk lebih sejahtera karena sekarang kurang diminati," ujarnya.

Seperti diketahui, besek maupun bongsang sering dipakai untuk membungkus tahu, seperti tahu sumedang. Selain itu, anyaman bambu ini juga sering dipakai untuk wadah peuyeum.

"Sudah budaya kita dari turun temurun, hanya saja sekarang kalau kita lihat orang sering pakai kresek dan styrofoam. Dengan menggunakan besek ini kita juga ikut melestarikan budaya kita sendiri," ucapnya.

Herman mengatakan, dengan menggunakan besek dan bongsang dalam mendistribusikan daging kurban, warga menjadi lebih repot dibanding biasanya karena proses pencarian yang cukup jauh. Berbeda dengan kresek yang lebih murah dan mudah didapat.

"Betul, memang banyak warga yang bertanya kenapa jadi lebih riweuh (merepotkan). Tapi saya selalu bilang pada warga, lebih baik kita repot hari ini tapi di masa depan hidup kita terlepas dari beban sampah kita," tegasnya.

Soal harga, satu buah bongsang berukuran 20 sentimeter Rp 500. Sedangkan, bongsang dengan ukuran 15 x 15 sentimeter dibanderol dengan harga Rp 1.000.

"Jangan lihat harganya, tapi kemauan dan kesadaran terkait lingkungan itu yang sangat penting untuk diterapkan," ujarnya.

Kreativitas warga juga ditunjukkan dengan menjual paket arang dan tusuk sate. Mereka membungkusi arang dengan menggunakan koran bekas.

"Untuk arangnya kita memang beli dari luar tapi dibungkus dengan koran. Harganya cuma Rp 10 ribu sudah dengan 30 tusuk satenya," katanya.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini

Saksikan video pilihan berikut ini:

Menabung untuk Berkurban

Besek daging kurban
Warga RW 07 menggunakan besek untuk membagikan daging kurban

Andrian (38), salah seorang mengaku senang dengan adanya besek dan bongsang untuk pendistribusian daging. Ia bersama warga lainnya membuat program tabungan kurban.

Tabungan ini dimaksudkan bagi warga yang ingin berkurban dengan cara urungan.

"Satu orang membayar Rp 4 juta. Tabungannya dimulai sejak 10 bulan yang lalu. Sekarang kita kurban satu ekor sapi dan dua ekor domba untuk dibagikan kepada 200 mustahik," tuturnya.

Dari tabungan itu, kelompok Cibunut Together bisa menyisihkan sebagian uang untuk membeli anyaman bambu, peralatan pemotongan dan lainnya.

"Ini baru kita mulai tahun ini. Intinya semua warga mau menyadari penggunaan besek lebih ramah lingkungan," kata Andrian.

Herman Sukmana berharap, tahun depan warganya bisa menggunakan wadah makanan untuk mendistribusikan daging kurban.

"Alhamdulillah, rencana tahun ini semua warga mau menyumbang beli besek dan bongsang untuk mengganti kresek. Tahun depan kita harapkan bisa pakai misting (kotak bekal)," ujar Herman.

Misting akan lebih baik digunakan karena tidak lagi menghadirkan sampah, selaras dengan gaya hidup zero waste. Penggunaan misting makanan juga diharapkan bisa bertahan lama karena bisa digunakan secara berulang-ulang.

"Saya berharap tahun 2019 bisa dianggarkan melalui pengajuan membeli misting. Kalau terwujud, mistingnya bisa dipakai bukan saja setahun tapi juga tahun berikutnya lagi," tuturnya.

Rencananya, akan disiapkan sebanyak 1.000 misting."Nanti bisa disimpandi sekretariat RW. Kalau mau dipakai bisa dikeluarkan sewaktu-waktu," ungkapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya