Sidoarjo – Jalan hidup Pak Eko, polisi yang viral karena ketangkasannya melempar benda tajam cukup berliku. Sebelum viral di media sosial seperti sekarang, perjuangan Eko sebagai polisi dijalaninya dengan peluh.
Pria bernama lengkap AKP Eko Hari Cahyono itu kini bertugas di Pusdik Sabhara Polri, di Porong, Sidoarjo. Dengan tawa lebar, ia menuturkan perjuangannya masuk ke Korps Bhayangkara.
"Saya ini beruntung. Enam kali daftar bintara baru keterima," kata Eko, Selasa, 28 Agustus 2018.
Advertisement
Eko mengaku sejak kecil, bercita-cita menjadi polisi. Impian itu tidak terlepas dari peran sang ayah yang juga berprofesi sebagai polisi.
"Ayah saya terakhir dinas di Magetan. Sekeluarga, cuma saya yang mengikuti jejak beliau," ujar sulung dari enam bersaudara tersebut.
Baca Juga
Sebagai anak pertama, Eko sadar bahwa dirinya menjadi salah satu tumpuan bagi adik-adiknya. Maka itu, dia selalu bekerja keras mewujudkan impiannya.
Namun untuk menggapai mimpinya, Eko harus menemui jalan terjal. Berulang kali seleksi digelar, Eko selalu gagal. Sembari menggantung cita-citanya, Eko tetap berjuang untuk hidup.
"Nguli sampek dadi cleaning service tau tak lakoni mas (Kuli sampai jadi cleaning service pernah saya jalani mas)," tutur polisi asal Ponorogo tersebut.
Eko sejatinya tidak berjodoh dengan Jawa Timur. Dia tidak pernah lolos seleksi polisi di Jawa Timur. Dia nyaris patah arang. Jika ada kemauan dan kerja keras, selama apapun hasilnya, Tuhan pasti akan memberikan jawaban. Prinsip itu terus dipegang oleh Eko.
Hingga akhirnya, saat batasan akhir usia sebagai syarat administrasi pendaftaran polisi, Tuhan mengabulkan doa-doa Eko. Dia diterima jadi polisi pada usia 25 tahun.
"Diterimanya justru di Kalimantan. Di Banjarmasin," kata Eko.
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Baca berita menarik JawaPos.com lainnya di sini.
Terus Berdinas di Porong
Rasa lega bercampur syukur dirasakan Eko. Dia bisa membanggakan keluarga sekaligus melanjutkan profesi sang ayah. Setelah menjadi polisi, Eko ditempatkan di Pusdik Sabhara Polri, Porong.
"Tahun 1990 jadi polisi, dari awal dinas sampai sekarang, ya di sini terus," katanya.
Tantangan dalam karirnya sebagai polisi tidak berhenti di saat pendaftaran bintara. Saat mendaftar sekolah perwira, Eko melaluinya dengan tidak mudah. Dia mengaku sampai empat kali mendaftar hingga akhirnya lolos.
Dia mengambil hikmah dari setiap proses yang dilalui. Kegagalan yang membuatnya terus berjuang. Tanpa gagal, Eko mungkin akan berleha-leha. Bisa jadi Eko tidak akan seperti sekarang. Garis takdir Tuhan tidak ada yang bisa menebak, termasuk Eko sendiri.
Di Pusdik Sabhara Polri itu pula, Eko bertemu dengan belahan jiwanya. Istrinya, Ipda Isro’iyah, adalah teman satu lettingnya yang kini berdinas di Mapolsek Porong.
Bisa jadi tanpa kerja kerasnya, orang tidak akan mengenal Eko. Netizen seluruh Indonesia, mungkin saja juga tidak akan mendengar jargon ”Masoook Pak Eko!”.
"Apa yang sudah saya lalui semua, membuat saya lebih bersyukur. Proses yang saya dapat nggak gampang, kuncinya tidak mudah menyerah," ucap Eko.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement