Blank 75, Sisi Angker Gunung Semeru

Blank 75 menjadi momok menakutkan bagi pendaki pemula yang ingin menyaksikan langsung keindahan puncak Gunung Semeru.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 11 Des 2018, 16:30 WIB
Diterbitkan 11 Des 2018, 16:30 WIB
Gunung Semeru
Foto: Dok. Tim Ekpedisi 7 Summits in 100 Days.

Liputan6.com, Lumajang - Blank 75 menjadi momok menakutkan bagi pendaki pemula yang ingin menyaksikan langsung keindahan puncak Gunung Semeru. Bukan tanpa sebab, blank 75 atau di antara para pendaki disebut “jalur tengkorak” atau “the dead zone” ini telah banyak memakan korban jiwa.

Tri Hardiyanto, pendaki profesional yang pernah menyelesaikan ekspedisi 7 Summits Indonesia dalam 100 hari kepada Liputan6.com mengatakan, blank 75 merupakan suatu area yang berada di arah timur laut atau jalurnya berbelok ke arah kanan dari arah puncak gunung setinggi 3.676 m dpl itu. Disebut 75 karena di tempat tersebut terdapat jurang sedalam 75 meter. Jika sudah terperosok sulit untuk dievakuasi.

“Kebanyakan pendaki yang tersesat, jatuh atau hilang karena dia jalan sendiri di cuaca buruk. Mereka terlalu asyik turun lewat jalur pasir, tanpa disadari sudah ada di bibir jurang,” ungkap Tri.

Beberapa kasus lain yang menyangkut blank 75 juga ditemukan. Menurut penuturan Tri, ada mitos soal para pendaki mengikuti pendaki lain turun saat cuaca buruk, tapi orang yang diikuti tersebut hilang dalam kabut. Namun, para pendaki tetap mengikutinya. Alhasil, tanpa disadari mereka malah terjerumus dalam jurang.

“Ini alam, kita tidak bisa memahami, tapi kita bisa belajar, alam mengajarkan kita banyak hal, bahwa kita enggak bisa berdiri dan berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain,” kata Tri.

Dari kacamata geografi, ungkap Tri, memang saat terjadi cuaca buruk dan kabut tebal, banyak pendaki Gunung Semeru yang salah ambil jalur karena jarak pandang terbatas, sehingga mereka asyik menuruni jalur dari puncak, dan tanpa disadari mereka sudah melenceng jauh dari trek.

“Kalau cuaca sedang bagus, seperti yang tim alami waktu summits ke-6 kemarin, jalur turun menuju Arcopodo itu sangat jelas terlihat,” ungkap Tri.

Tri sendiri mengakui, pendaki profesional sekalipun tidak bisa menjamin kapan waktu yang tepat untuk melewati jalur blank 75 tersebut, tapi pendaki harus tahu patokan jalurnya dan selalu bersama saat turun.

Kasus pendaki hilang di Semeru kebanyakan mereka jalan sendiri dan terpisah dari grup saat lewat blank 75. Mayoritas tidak selamat karena jatuh terperosok dalam jurang sedalam 75 meter.

 “Luka pastinya, tak bisa kembali ke atas karena di bawah itu hutan lebat, tidak mendukung untuk tindakan survival,” kata Tri menambahkan.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya