Kisah Keluarga Pengungsi Korban Puting Beliung Cirebon

Sebagian besar warga Desa Panguragan Kabupaten Cirebon kembali ke rumah membersihkan sisa puing akibat terjangan angin Puting Beliung.

oleh Panji Prayitno diperbarui 03 Jan 2019, 01:06 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2019, 01:06 WIB
Kisah Keluarga Pengungsi Korban Puting Beliung Cirebon
Dua korban Puting Beliung dalam kondisi hamil masih bertahan di Tenda Pengungsian lantaran rumah mereka rata dengan tanah. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Keluarga Satiri harus pasrah menunggu bantuan datang di dalam tenda pengungsian yang disediakan BPBD Kabupaten Cirebon.

Satiri dan keluarga merupakan korban angin Puting Beliung Desa Panguragan Kulon, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon. Mereka mengungsi karena rumah yang menjadi tempat tinggalnya rata dengan tanah akibat terjangan angin puting beliung.

"Kami baru menempati tenda ini tadi malam dan tidak tahu akan mengungsi di mana lagi," kata Satiri saat ditemui, Rabu (2/1/2019).

Hampir tidak ada barang yang bisa diselamatkan, bahkan di dalam rumah Satiri tinggal bersama delapan orang. Di antaranya, sang anak bernama Maria dan Anis, menantu bernama Rosyid, serta anak Rosyid bernama Regin yang masih berusia 3,5 tahun.

"Rumah kami di samping, persis di samping tenda ini dan waktu puting beliung kami mengungsi ke rumah saudara," kata dia.

Ia menceritakan tentang gerobak gorengannya yang turut hancur bersama rumahnya. Satiri bersama Rosyid yang merupakan buruh tani adalah tulang punggung keluarga.

Menurutnya, keberadaan tenda ini cukup membantu meskipun pada siang hari cukup panas. Ia pun khawatir jika hujan besar datang, maka air bisa masuk ke dalam tenda.

"Sebab lokasi tempat tenda ini berdiri rawan banjir semoga tidak hujan dan puting beliung tidak datang lagi," harap dia.

Pengungsi Hamil

Kisah Keluarga Pengungsi Korban Puting Beliung Cirebon
Dua korban Puting Beliung dalam kondisi hamil masih bertahan di Tenda Pengungsian lantaran rumah mereka rata dengan tanah. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Satiri mengatakan, selain tenda, bantuan yang datang kepada keluarga mereka berupa selimut, serta bahan makanan.

"Kami berharap rumah kami cepat dibangun, supaya kami cepat menempati rumah ini kembali," ujar dia.

Dari delapan anggota keluarga ini, dua di antaranya tengah dalam kondisi hamil. Maria dan Anisa merupakan adik kakak terpaksa berdesakan di dalam tenda.

Rosyid juga mengatakan, setelah rumah mereka ambruk, kegiatannya sebagai buruh tani terpaksa berhenti untuk sementara waktu.

"Istri saya Maria usia kehamilannya sudah sembilan bulan, Anisa adiknya lima bulan. Maria hanya tinggal tunggu detik-detik kelahiran," ungkap Rosyid.

Menurutnya, rumah mereka yang ambruk baru berusia empat tahun. Rosyid dan keluarga juga membangun rumah dengan cara dicicil. Meski demikian, Rosyid, mengaku ikhlas dengan musibah ini.

"Semoga ada hikmahnya dan rumah kami segera dibangun," ujar dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya