Membaca Ancaman Gempa Bumi dan Tsunami di Pesisir Selatan

Di sekolah lapangan gempa bumi dan tsunami, BMKG akan memberi pemahaman mengenai tanggap dini gempa bumi dan tsunami

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 28 Jan 2019, 05:00 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2019, 05:00 WIB
Pesisir Cilacap rawan gempa bumi dan tsunami. Gunung Slamet nampak dari Dermaga PPSC Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Pesisir Cilacap rawan gempa bumi dan tsunami. Gunung Slamet nampak dari Dermaga PPSC Cilacap. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Bencana gempa bumi dan tsunami Palu, Sulawesi Tengah, menyadarkan bahwa Indonesia, adalah negara yang berada di wilayah yang kemudian disebut ring of fire.

Istilah ini, terdengar mengerikan memang. Tetapi, melihat dampak gempa bumi, tsunami, atau letusan gunung api, penyebutan wilayah cincin api sepertinya tak berlebihan.

Terakhir, tsunami Selat Sunda, yang diduga dipicu oleh letusan Krakatau yang meruntuhkan lereng gunung yang terbenam di dasar laut. Ratusan orang tewas dalam peristiwa ini.

Sebagaimana wilayah pesisir lainnya, perairan selatan Jawa Tengah, seperti Cilacap, Kebumen, Purworejo juga rawan gempa bumi dan tsunami. Kesadaran bahwa ancaman tsunami bisa tiba kapan saja, terkadang memicu histeria massa.

Jumat, 15 Desember 2017, warga Cilacap dan sejumlah daerah sekitarnya dikejutkan oleh gempa bumi berkekuatan Magnitudo 6,9. Warga pesisir Cilacap pun panik ketika sirine peringatan dini Tsunami yang terpasang di sepanjang pantai meraung-raung tak henti.

Mereka secepatnya menyelamatkan diri dari kemungkinan terjanga tsunami. Semuanya mengarah ke utara, menjauhi kawasan pesisir.

“Saya di Jeruklegi, Mas,” ucap Nano, warga Donan, Cilacap, lewat sambungan telepon, saat itu.

Donan adalah wilayah hanya berjarak sekitar satu kilometer dari pantai. Dinamai Donan lantaran di sisi barat desa ini, berimpitan dengan rumah warga, mengalir Bengawan Donan, yang juga bisa menjadi jalur gelombang tsunami jauh melabrak daratan.

Saksikan video pilihan berikut:

 

Kepanikan Warga Diguncang Gempa M 6,9

Gempa bumi Jumat 15 Desember 2017 menyebabkan pasien RSUD Margono panik dan dievakuasi ke halaman RS. (Foto: Liputan6.com/BPBD BMS/Muhamad Ridlo)
Gempa bumi Jumat 15 Desember 2017 menyebabkan pasien RSUD Margono panik dan dievakuasi ke halaman RS. (Foto: Liputan6.com/BPBD BMS/Muhamad Ridlo)

Warga memilih Jeruklegi, yang posisinya memang lebih tinggi. Jeruklegi, ada perbukitan pertama yang bisa dicapai warga Cilacap.

Kawasan Bandara Tunggul Wulung, masjid, kantor kecamatan dan permukiman penduduk Jeruklegi dipadati ribuan pengungsi dari wilayah kota Cilacap hingga wilayah pesisir timur, seperti Adipala, Binangun dan Kroya.

Beruntung, gempa bumi besar itu tak membangunkan tsunami. Warga pun kembali ke rumah menjelang pagi, meski, ada pula yang bertahan hingga tengah hari keesokan harinya. Mereka trauma.

Belakangan, gempa bumi dan tsunami pun kini menjadi salah satu informasi yang paling sering beredar di dunia maya. Kadangkala, informasi itu berisi edukasi. Tetapi, seringkali juga terselip informasi tak benar, alias hoaks yang menyebabkan warganet resah.

Diakui atau tidak, pemahaman gempa dan tsunami masyarakat Indonesia masih rendah. Makanya, mereka mudah terhasut informasi yang tak benar. Ini sama celakanya jika masyarakat sama sekali tak paham gempa bumi dan tsunami.

Stasiun Geofisika Banjarnegara, Jawa Tengah bakal menggelar sekolah lapangan gempa bumi dan tsunami di Cilacap, pertengahan tahun 2019 ini. Kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara, Setyoajie Prayodhie mengatakan sekolah lapangan gempa bumi dan tsunami itu bertujuan untuk memberi pemahaman mengenai mitigasi bencana, utamanya gempa dan tsunami.

 

Sekolah Lapangan Gempa Bumi dan Tsunami

Dampak gempa bumi 15 Desember 2017 di Cilacap. (Foto: Liputan6.com/BPBD Cilacap/Muhamad Ridlo)
Dampak gempa bumi 15 Desember 2017 di Cilacap. (Foto: Liputan6.com/BPBD Cilacap/Muhamad Ridlo)

Sekolah lapangan ini merupakan puncak rangkaian acara BMKG Goes to School yang dimulai pada Februari esok. Peserta sekolah lapangan gempa bumi itu yakni para pemangku kepentingan, mulai dari organisasi perangkat daerah (OPD), pemerintah desa, TNI, kepolisian, BPBD, LSM, relawan kebencanaan, pelajar dan lain-lain.

“Tahun ini agendanya sekitar pertengahan tahun, Stasiun Geofisika Banjarnegara akan menggelar sekolah lapangan gempa bumi. Itu merupakan puncak rentetan kegiatan Geofisika goes to school,” ucap Setyoajie, beberapa waktu lalu.

Di sekolah lapangan gempa bumi dan tsunami ini, BMKG akan memberi pemahaman mengenai tanggap dini gempa bumi. Akan dijelaskan pula jenis dan kekuatan gempa yang bisa memicu tsunami.

Kegiatan ini dimulai pada awal Februari dengan berkunjung ke sekolah-sekolah di cilacap. Selanjutnya, BMKG Goes to School itu akan dilanjutkan dengan sekolah gempa bumi dan tsunami pada pertengahan 2019.

BMKG masih berkoordinasi dengan sejumlah pemangku kepentingan untuk menentukan tempat pelaksanaan sekolah lapangan mitigasi bencana ini.

“Nanti puncaknya, kita melakukan sekolah geofisika dalam bentuk TOT, jadi workshop ya,” dia menjelaskan.

Dia mengungkapkan, Cilacap dilipilih sebagai lokasi sekolah lapangan gempa bumi dan tsunami lantaran secara geografis, Cilacap memang rawan gempa. Sedikitnya enam kecamatan di wilayah pesisir selatan ini berhadapan langsung dengan Samudera Hindia sehingga rawan tsunami.

Sekolah lapangan gempa bumi dan tsunami di Cilacap ini adalah pilot project atau percontohan pendidikan mitigasi kebencananaan yang bakal dilanjutkan di tempat lainnya. Sebelumnya, sekolah gempa bumi dan bencana longsor juga digelar di Banjarnegara, pada 2018 lalu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya