Dunia Soroti Ketiadaan Transportasi Massal di Bandara Ngurah Rai

Lembaga internasional Sky Track menyoroti ketiadaan transportasi massal di Bandara Ngurah Rai.

oleh Dewi Divianta diperbarui 22 Mar 2019, 08:27 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2019, 08:27 WIB
Transportasi massal Bandara Ngurah Rai
GM PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai memaparkan jika transportasi massal di bandara yang dikelolanya menjadi sorotan dunia yakni oleh lembaga Sky Track (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Liputan6.com, Denpasar Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai kembali berbenah. Salah satu hal yang akan dibenahi adalah dari sisi pelayanan transportasi massal. General Manager Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Haruman Sulaksono memiliki dua solusi yang sedang dipersiapkan.

Pertama adalah bekerjasama dengan Perum Damri atau Transarbagita. Kedua, bekerjasama dengan anak perusahaan PT Angkasa Pura I untuk menyediakan moda transportasi massal di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.

Sebetulnya, Haruman melanjutkan, Perum Damri dan Transarbagita pernah bekerjasama dengan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Hanya saja, karena sepi peminat, keduanya menyudahi trayek dari dan ke Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.

"Nah, makanya kami sedang komunikasikan ulang dengan Damri dan Transarbagita. Kalau keduanya tidak berkenan, kita akan gunakan bus-bus dari anak perusahaan kita," kata Haruman usai pisah sambut General Manager dan Co General Manager Commercial PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Kuta, Rabu (20/3/2019).

Menurut Haruman, tidak adanya transportasi massal di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai menjadi sorotan lembaga internasional Sky Track. Dalam satu catatannya, Sky Track dalam laporannya menerbitkan ketiadaan sarana transportasi massal di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.

Padahal, masih dalam laporan Sky Track, pada bandara bertaraf internasional tak boleh lagi ada monopoli transportasi. Pengguna jasa harus diberikan pilihan untuk menggunakan moda transportasinya. Saat ini, Haruman mengaku sedang melakukan kajian agar pengadaan transportasi massal tak merugikan perusahaan transportasi yang telah beroperasi sebelumnya di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.

"Saya sudah bicara dengan Kadishub. Kalau itu (transportasi massal) menjadi kebutuhan, itu akan menjadi peningkatan pelayanan bandara. Sisinya pelayanan, bukan sisi bisnis dengan tidak merugikan pengusaha transportasi," ujarnya.

Ia juga sudah berkomunikasi dengan anak perusahaan PT Angkasa Pura I mengenai hal ini. Prinsipnya, mereka sudah siap dengan moda transportasi massal sebagaimana dibutuhkan. Nantinya, moda transportasi massal ini bisa diakses oleh penumpang secara cuma-cuma alias gratis.

"Shuttle sifatnya. Flow-nya kami siapkan, halte, informasi keberangkatan dan kedatangan serta lainnya. Nanti akan ditujukan dari dan ke bandara melalui satu titik tertentu. Jadi dia hanya transit saja. Jangan berfikir akan ada bus yang ngetem di bandara," ujarnya.

"Pola ini sudah diberlakukan di Bandara Juanda Surabaya. Jadi nanti karena ini sifatnya pelayanan bandara, maka gratis. Dari mana biaya operasionalnya? Kita sedang juga rumuskan. Apakah dimungkinkan mencari sponsorship sebagaimana yang di Surabaya atau ada skema lainnya," tambah Haruman.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya