Liputan6.com, Banjarnegara - Perairan Indonesia dikenal sebagai salah satu habitat favorit buaya. Beragam buaya, mulai dari buaya muara (Crocodylus Porosus) buaya Sepit atau Senyulong (Tomistoma schlegelii) hingga buaya Irian atau buaya Papua (Crocodylus novaeguineae) terdapat di Nusantara.
Nyaris seluruh perairan di Indonesia sangat memungkinkan untuk menjadi habitat buaya muara, termasuk di Pulau Jawa. Ini lah buaya terbesar dan konon paling ganas.
Pun dengan Sungai Serayu yang membentang dari Wonosobo melewati Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan akhirnya tumpah di Laut Selatan Cilacap. Sungai legendaris ini pada masa lalu dipercaya sebagai salah satu habitat buaya.
Advertisement
Baca Juga
Hanya saja, cerita soal buaya itu santer terdengar di kawasan muara yang berhadapan langsung dengan perairan selatan atau rawa-rawa. Adapun di hulu, buaya bukan menjadi topik yang kerap dibahas.
Namun, Mei 2018 lalu, seorang pemancing Banjarnegara terkaget-kaget ketika mata kailnya mendapat anakan buaya muara. Ukurannya masih kecil, sekitar 80 sentimeter. Buaya itu lantas diserahkan ke Kebun Binatang Seruling Mas, Banjarnegara.
Tapi ini, bukan soal besar atau kecilnya. Yang justru bikin heboh dan lantas memunculkan spekulasi adalah muasal anakan buaya muara ini.
Sempat ada dugaan buaya ini beranak pinak di Sungai Serayu hulu bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Mrica, Banjarnegara. Namun, dugaan itu kemudian luntur lantaran tak ada laporan kemunculan buaya di masa setelahnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Buaya Milik Warga yang Dilepaskan?
“Pernah ada dugaan seperti itu. Ada anakannya pasti ada induknya. Tapi sampai sekarang tidak laporan buaya muncul, sampai ada informasi munculnya buaya ini,” kata Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resor Wonosobo, Endi Surya, Senin, 1 April 2019.
Akhirnya, dugaan pun mengarah kepada kemungkinan bahwa buaya itu bermigrasi. Namun, sepertinya kemungkinan migrasi kawanan buaya ke hulu muskil terjadi.
Pasalnya, Ada dua bendungan raksasa yang praktis memutus aliran Serayu. Selain PLTA Mrica, di Banyumas ada pula Bendung Gerak Serayu (BGS) yang juga berukuran besar.
Makanya, BKSDA kemudian menduga bahwa anakan buaya itu adalah peliharaan warga yang lepas atau sengaja dilepaskan ke alam bebas. Sebab, ketika buaya sudah berukuran besar, buaya bisa mencelakakan pemiliknya.
“Buaya kecil kan bagus. Kalau sudah besar terus tidak bisa memelihara ya dilepas. Tapi tidak lapor ke BKSDA,” ujarnya.
Beberapa waktu ini, kembali muncul kabar kemunculan buaya di aliran Sungai Serayu di lokasi yang berdekatan dengan tertangkapnya anakan buaya. Adalah Andi, warga Desa Pucang, Bawang, Banjarnegara yang mengaku melihat buaya itu berjemur saat ia memancing.
Beda dengan buaya yang tertangkap 2018 lalu, ia melihat buaya yang berukuran cukup besar. Panjang tubuhnya kurang lebih dua dua meter.
Advertisement
Bahaya Serangan Buaya
Di waktu sebelumnya, rekannya sesama pemancing juga melihat buaya. Bedanya, buaya itu sedang berenang sehingga tak bisa diperkirakan ukurannya. Tetapi, konon, ukuran buayanya cukup besar.
Tak pelak kabar munculnya buaya itu membuat warga was-was ketika beraktifitas di sungai. Itu termasuk para pemancing yang biasanya betah berlama-lama di sekitar aliran ini. Kini mereka lebih berhati-hati ketika mendekati perairan.
Soal penampakan buaya yang kedua ini, Endi mengatakan belum mendapat laporan resmi dari masyarakat atau pihak lainnya. Sebab itu, ia belum bisa memastikan kebenaran informasi tersebut.
Namun, ia berjanji akan segera menindaklanjuti laporan ini. Petugas BKSDA juga akan mengecek langsung kebenaran penampakan buaya ini.
Ia juga mengungkapkan bahwa kemungkinan munculnya buaya di hulu serayu bisa saja terjadi. Pasalnya, hampir seluruh perairan di Indonesia bisa menjadi habitat buaya.
“Bisa juga beranak pinak, jadi habitat buaya. Tapi kami belum mengecek,” dia menerangkan.
Meski keberadaan buaya itu belum bisa dipastikan, namun ia menyarankan agar masyarakat berhati-hati saat beraktifitas di aliran sungai di mana buaya terlihat. Sebab, buaya adalah binatang yang buas dan bisa berbahaya.
Dia juga mengimbau agar masyarakat segera melapor jika kembali terjadi penampakan buaya. Jika kemunculan buaya itu dinilai bisa memicu konflik dengan manusia, maka BKSDA akan berupaya menangkapnya.
“Tapi kan menangkap buaya itu juga tidak semudah menangkap hewan jinak,” ucapnya.