Lebaran Menjadi Harinya Penjual Bunga Tabur

Bagi warga Bandung, nyekar atau ziarah kubur ke makam orang yang dikasihi adalah hal yang tidak bisa ditinggalkan.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 07 Jun 2019, 13:00 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2019, 13:00 WIB
Nyekar
Peziarah menabyrkan bunga di atas makam saat hari Lebaran. (Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung Bagi warga Bandung, nyekar atau ziarah kubur ke makam orang yang dikasihi adalah hal yang tidak bisa ditinggalkan. Salah satu lokasi tempat pemakaman umum (TPU) yang ramai dikunjungi saat Lebaran itu ada di Sirnaraga yang berada di Jalan Pajajaran.

Pada hari pertama Lebaran, sejumlah warga sudah melakukan nyekar ke makam. Sejak pukul 10.00 WIB atau pasa salat Idulfitri, warga mulai berbondong-bondong mendatangi tempat pemakaman yang berdekatan dengan Bandara Husen Sastranegara ini.

Ramainya ziarah kubur membuat beberapa warga memanfaatkan momen ini dengan berjualan bunga dan air. Salah satunya Dwi (33) yang dagangannya laris dibeli oleh warga yang berziarah.

Satu bungkus bunga tabur dijual dengan harga Rp5 ribu dan air Rp2.500 per botol. Selain bunga tabur terdapat daun pandan dibungkus dengan daun kelapa.

"Tadi setelah salat Id saya langsung berjualan di sini. Saya cuma bikin 50 bungkus," kata Dwi saat ditemui Liputan6.com, Rabu (5/6/2019).

Dwi mengaku penjual bunga hanya sekitar 5 orang di luar Lebaran atau hari-hari biasa. Tetapi, sejak awal puasa penjualan bunga meningkat drastis. Selain menjadi ladang rezeki seperti yang dilakukan Dwi, para peziarah juga tak sedikit yang bersedekah. Mereka memberikan uang kepada para barisan tuna karya yang menunanti di area pemakaman.

Pantauan di lokasi, keramaian sudah terlihat di jalan masuk TPU Sirnaraga. Mobil dan motor para peziarah nampak sudah terparkir rapi di Jalan Pajajaran. Peziarah yang datang pun bukan hanya warga Bandung saja. Namun juga berasal dari sejumlah daerah. Mereka sengaja datang berziarah dan memanjatkan doa kepada keluarganya yang telah tiada.

Salah satu peziarah, Yuli (35) mengatakan, tradisi nyekar sudah dilakukan sejak dua tahun lalu. Momen ziarah ke makam orang tuanya menjadi cara untuk mengingat kepada mereka yang telah pergi.

“Ya, ini jadi momen untuk mengingat keluarga,” kata Yuli.

Selain Yuli, ada banyak warga lain yang berziarah. Mereka datang dalam satu kelompok dengan jumlah lebih dari lima orang. Selain mendoakan keluarga mereka yang telah tiada, tradisi nyekar juga dimanfaatkan untuk merawat dan membersihkan makam.

Simak video pilihan berikut:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya