Masih Kemarau, Kekeringan Melanda 10 Kecamatan di Gunungkidul

Pada saat mendekati puncak musim kemarau, jumlah permintaan air bersih dari wilayah-wilayah yang mengalami kekeringan di Gunungkidul akan terus bertambah.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jun 2019, 13:02 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2019, 13:02 WIB
ilustrasi kemarau dan kekeringan
(Foto: Tama66/Pixabay) Ilustrasi kemarau dna kekeringan.

Liputan6.com, Gunungkidul - Sebanyak 10 kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta mulai dilanda kekeringan cukup parah. Akibatnya, masyarakat berpotensi kesulitan mendapatkan air bersih pada musim kemarau ini.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Edi Basuki di Gunung Kidul, mengatakan berdasarkan rapat koordinasi antara pemangku kepentingan dan pemerintah kecamataan, ada 10 kecamatan mulai terdampak kekeringan yaitu Kecamatan Girisubo, Rongkop, Purwosari, Tepus, Ngawen, Ponjong, Semin, Patuk, Semanu, dan Paliyan.

"Dari 10 kecamatan terdampak kekeringan, kondisi paling parah terjadi di Kecamatan Paliyan, Girisubo, dan Rongkop. Kami sudah mendistribusikan air bersih ke tiga kecamatan tersebut sejak 1 Juni lalu," kata dia, Minggu (16/6/2019), dilansir Antara.

BPBD Gunungkidul sudah menyiapkan seluruh armada dan pendukungnya dalam menghadapi ancaman kekeringan dan kekurangan air bersih di wilayah itu.

Selain itu, BPBD setempat telah menyosialisasikan mekanisme pengajuan permohonan bantuan air bersih ke pemerintah kecamatan hingga desa.

BPBD juga telah meminta pemerintah kecamatan hingga desa melakukan pemetaan wilayah masing-masing yang membutuhkan bantuan air bersih dan selanjutnya pemerintah kecamatan dan desa diminta segera mengajukan permohonan distribusi air bersih.

"Bantuan air bersih akan distribusikan apabila ada proposal permohonan yang masuk sehingga kalau tidak ada proposal, kami tidak melayani distribusi kepada masyarakat," katanya.

Edi menjelaskan hingga saat ini, jumlah wilayah yang mengajukan bantuan masih belum banyak.

 

Daerah Sulit Dijangkau

Ilustrasi – kemarau dan kekeringan
Ilustrasi – Volume Sungai Citanduy hilir Bendung Menganti, perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat menyusut pada musim kemarau. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Meski demikian, kata dia, seperti pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, pada saat mendekati puncak musim kemarau, jumlah permintaan akan terus bertambah.

"Kami memiliki banyak kecamatan-kecamatan yang menjadi langganan krisis air. Selain Girisubo, ada juga Tepus, Rongkop, Panggang, Purwosari, Patuk, hingga wilayah Semin," kata dia.

Di sisi lain, wilayah-wilayah yang sulit dijangkau juga menjadi perhatian. Daerah seperti Gedangsari membutuhkan sopir dan kendaraan yang prima. Di wilayah lain yang sulit dijangkau, pihaknya juga akan bekerja sama dengan kecamatan setempat.

"Ada wilayah tertentu yang memang harus 'driver' dan kondisi kendaraannya harus bagus. Wilayah-wilayah yang Gedangsari dari sisi lokasinya membutuhkan sopir dan kendaraan yang harus lebih bagus. Itu yang kita prioritaskan," katanya.

Untuk bantuan air bersih pada tahun ini, BPBD mengalokasikan anggaran sekitar Rp500 juta. Armada yang diterjunkan untuk penyaluran berjumlah tujuh truk pengangkut air.

"Kami siapkan tujuh, tapi yang beroperasi penuh hanya enam karena satu unit truk dijadikan armada cadangan,” katanya.

Untuk wilayah wisata, seperti kawasan pantai, Edi mengatakan jaringan PDAM sudah merata seperti di Pantai Baron dan sekitarnya.

"Selain itu, daerah lain juga memiliki sumber mata air yang dapat dijangkau untuk kegiatan pantai," katanya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya