5 Fitur Baru Grab Dukung Anti Macet Diperkenalkan di Yogyakarta

Cek dan coba fitur-fitur terbaru Grab untuk waktu yang lebih efisien

oleh Switzy Sabandar diperbarui 10 Agu 2019, 21:00 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2019, 21:00 WIB
Grab
Grab, sebagai aplikasi terkemuka di Asia Tenggara yang bergerak di layanan transportasi, memeperkenalkan sejumlah fitur terbarunya di Yogyakarta. (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Yogyakarta Grab, sebagai aplikasi terkemuka di Asia Tenggara yang bergerak di layanan transportasi, memeperkenalkan sejumlah fitur terbarunya di Yogyakarta, Kamis (8/8/2019). Ada lima fitur dalam GrabBike yang ditawarkan untuk membantu konsumen mengatasi persoalan kemacetan lalu lintas.

Pertama, lima juta titik jemput untuk penjemputan lebih akurat. Grab mempunyai lebih dari 90 orang tim pemetaan di Indonesia yang akan membuat perjalanan dengan GrabBike menjadi lebih optimal.

Tim tersebut bertugas membangun point of interest (POI) dan titik hijau sebagai lokasi penjemputan untuk memudahkan proses perjalanan mitra pengemudi dan penumpang Grab. Hasilnya, rute yang diarahkan lebih efisien dan estimasi waktu tiba menjadi lebih akurat dan akan menambah ketepatan waktu.

“Penumpang bisa memesan GrabBike lebih mudah dan bertemu dengan mitra pengemudi lebih cepat, karena dapat langsung memilih titik penjemputan dengan deskripsi lokasi yang lengkap,” ujar Michael Dwi Putra, Senior Manager Marketing 2-Wheel Grab Indonesia.

Kedua, panduan visual menuju titik jemput terdekat. Untuk memudahkan penumpang menuju lokasi jemput, Grab menghadirkan fitur bernama Venues. Fitur ini memberikan panduan visual berupa foto dan teks kepada penumpang untuk menuju titik jemput terdekat yang bisa diakses setelah mendapatkan alokasi kendaraan.

Di Yogyakarta, lokasi yang telah dilengkapi fitur Venues, meliputi, Jogja City Mall, Plaza Ambarrukmo, dan Stasiun Yogyakarta.

Ketiga, alamat tersimpan untuk pemesanan lebih cepat. Penumpang dapat mendaftarkan atau menyimpan berbagai tempat yang sering dikunjungi dalam aplikasi Grab. Saat pemesanan berikutnya, penumpang lebih efisien karena hanya perlu memilih lokasi yang sudah tersimpan.

 

Komunikasi dengan Pengemudi Kian Lancar

Grab
Grab, sebagai aplikasi terkemuka di Asia Tenggara yang bergerak di layanan transportasi, memeperkenalkan sejumlah fitur terbarunya di Yogyakarta. (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Keempat, kirim pesan suara dan foto dari GrabChat untuk komunikasi lebih cepat. Kini, penumpang bisa mengirimkan foto di dalam aplikasi GrabChat untuk titik temu yang lebih akurat dan juga pesan suara supaya komunikasi lebih mudah dan pesan cepat tersampaikan.

Kelima, GrabNow untuk kecepatan mendapatkan pengemudi. Layanan ini memampukan penumpang untuk mendapatkan mitra pengemudi yang berada di dekat mereka.

“Sangat cocok digunakan ketika melakukan pemesanan di terminal atau stasiun dengan banyak armada GrabBike yang siap mengambil pesanan,” tutur Michael.

Caranya, penumpang cukup mendekati mitra pengemudi yang sedang tidak mengambil pesanan, masukan enam digit kode dari aplikasi pengemudi untuk menghubungkan dan siap berangkat. Layanan ini dihadirkan sebagai solusi untuk penumpang yang kesulitan mendapatkan pengemudi, padahal ada banyak pengemudi Grab di dekat mereka.

Michael mengungkapkan peluncuran fitur baru ini untuk mendukung kampanye #AntiNgaret. GrabBike menjalankan kampanye ini di delapan kota besar di Indonesia, yakni Semarang, Yogyakarta, Medan, Bandung, Makassar, Surabaya, Palembang dan Jabodetabek.

“Kami mendukung penumpang yang tidak suka telat atau kami sebut dengan pejuang #AntiNgaret dengan meminimalkan kemungkinan telat karena faktor eksternal, yakni kemacetan lalu lintas,” ucapnya.

 

Dampak Ngaret

Grab
Grab, sebagai aplikasi terkemuka di Asia Tenggara yang bergerak di layanan transportasi, memeperkenalkan sejumlah fitur terbarunya di Yogyakarta. (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Sosiolog UGM Bayu A Yulianto memaparkan istilah ngaret muncul dari kata karet, yang menggambarkan sifat terulur. Artinya, ngaret adalah waktu yang terulur atau molor. Kata ini sering dipakai untuk menggambarkan seseorang yang tidak tepat waktu.

“Tanpa menggeneralisasi, ngaret seolah sudah jadi kebiasaan warga di Indonesia,” ujarnya.

Karena sudah menjadi kebiasaan, kebanyakan orang menjadikan ngaret sebagai sebuah sterotype.

“Dampaknya, produktivitas menjadi terganggu,” kata Bayu. Selain itu, ngaret juga menghambat orang untuk maju karena merasa nyaman dengan zonanya.

Menurut Bayu, budaya ngaret identik dengan negara berkembang, seperti Indonesia dan Argentina. Sedangkan, tepat waktu identik dengan negara maju, seperti Swiss, Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, dan Amerika Serikat.

Ia menyebutkan toleransi keterlambatan di negara-negara itu adalah lima sampai 10 menit. Lebih dari batas toleransi dianggap tabu.

Simak video pilihan berikut:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya