Paginya Pembuat Film Gaya 'Srawung Ndusun'

Srawung Ndusun adalah type pergaulan di dusun yang penuh kearifan dan toleransi.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 16 Agu 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2019, 06:00 WIB
salam pagi
Cahaya paling natural dan berkarakter bagus untuk ditangkap kamera adalah pagi dan sore hari. (foto: Liputan6.com/dok.GHP/ edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Magelang - Pagi hari sering diburu para pembuat film. Membuat sebuah film dengan ilmu sinematografi yang benar barangkali menjadi hal mewah di masa lalu. Namun dengan akses informasi makin mudah dan peralatan yang makin murah, siapapun bisa membuat film.

Di desa Gondangan, tepatnya di jalan Terusan Bligo, Jetis, Pakunden, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang, kini menjelma menjadi kampung para pembuat film. Banyak SMK yang mendatangi dusun di tepi sungai Progo ini untuk belajar membuat film.

Aswarun, sang maecenas green house production menuturkan bahwa untuk belajar segala hal tentang film, para peserta akan mendapat bonus yakni suasana pergaulan di dusun. Terutama pagi hari.

Generasi milenial sangat bersemangat menyambut pagi di tepi Kali Progo dengan membuat film. (foto: Liputan6.com / dok. GHP/edhie prayitno)

"Saya membuat program srawung ndusun. Tujuannya anak-anak peserta pelatihan pembuatan film dan jurnalistik audio visual itu bisa menangkap roh dusun yang kelak akan dihadirkan dalam karya untuk menunjukkan dahsyatnya Indonesia," kata Aswarun.

Letak dusun Gondangan yang berada di tepi Kali progo sarat kearifan lokal. Mulai dari tradisi merawat mata air, hingga penghormatan kepada tumbuhan yang berguna menjada keseimbangan. Kearifan sudah dimulai sejak pagi, saat mata terbuka bangun tidur.

Simak video pilihan berikut:

 

Hanya Ada di Dusun

salam pagi
Shoting di tengah sungai memberi sensasi bagi model maupun kru-nya, terlebih pada pagi hari. (foto: Liputan6.com/dok.GHP/edhie prayitno ige)

Aswarun sebelumnya bekerja di stasiun TV Indosiar. Ia memutuskan untuk berhenti dan membangun rumah produksi di daerah, bahkan di dusun dengan tujuan bisa melahirkan para sineas yang membumi.

Para peserta yang belajar di Green House biasanya menginap atau live in hingga sepekan. Durasi itu memungkinkan Aswarun memperkenalkan kebiasaan warga dusun sejak pagi hari sebelum subuh hingga malam menjelang tidur.

"Ada kenduri peringatan lahirnya bayi, ada ibu-ibu yang menyapu halaman, anak-anak sekolah yang mandi juga ke kali Progo, dan banyak lagi. Itu adalah bekal bagi mereka agar batin semakin kaya," katanya.

Hijau pepohonan yang teduh tetap dibantu dengan payung untuk hasil lebih maksimal. (foto: Liputan6.com /dok.GHP/edhie prayitno ige)

Generasi milenial hasil pelatihan di Green House production itu kini kebanyakan menjadi konten kreator yang mumpuni. Karena selain teknik mengoperasikan alat secara benar, juga memahami konsep seni.

Pagi di dusun pembuat film adalah pagi bergaul dengan kearifan pergaulan dusun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya