Liputan6.com, Gorontalo - Toni Alie warga Limba U, Kota Selatan, Kota Gorontalo, punya kegemaran unik. Dirinya hobi mengumpulkan jam dinding. Ratusan jam dinding hasil koleksinya bertahun-tahun itu kini di pajang di rumahnya, bahkan sampai ke kamar mandi.
Saat tim Liputan6.com berkunjung ke rumahnya, Jumat (13/9/2019), deretan jam dinding milik Toni sudah terlihat dari pintu gerbang rumahnya. Di teras dan ruang tamu jumlahnya tentu lebih banyak. Seterusnya hingga masuk ke dalam rumah, temboknya tak ada yang luput dari jam dinding.
Baca Juga
Ketertarikan Toni terhadap jam dinding bukan tanpa sebab. Dia ingin mampu mengatur waktu dengan baik.
Advertisement
"Waktu makan, waktu tidur, waktu mandi, waktu untuk berpakaian, dan waktu salat. Jadi sebagian aktivitas sudah diatur waktunya dan mengapa saya menaruh jam di setiap sudut rumah, agar saya dan keluarga kapan saja ingat waktu," ungkapnya.
Toni menuturkan, hobi mengoleksi jam dinding sudah ditekuninya sejak 1991. Anehnya meski mengaku orang yang konsisten terhadap waktu, dirinya hanya suka jam dinding dan tak pernah memakai jam tangan.
"Beli jam dinding kalau ke luar kota. Saya enggak suka pakai jam tangan, enggak nyaman," katanya.
Yang menarik, jam yangan koleksi Toni tidak hanya berasal dari Gotontalo dan Indonesia, tapi juga dari luar negeri, seperti Thailand dan Singapura.
"Jadi ketika orang lain membeli barang - barang mahal saat keluar kota, saya hanya membeli jam dinding saja. Dan harganya tidak relatif mahal," ujar Toni.
Jam milik Toni secara rutin di rawatnya dengan mengganti beterai yang jumlahnya tidak sedikit. Setiap 4-5 bulan ia harus membeli ratusan baterei untuk menggantinya ketika jam tersebut tiba-tiba mati.
"Paling lama baterei jam dinding itu tahan 5 bulan, tergantung jam tersebut seperti apa, biasa ada jam yang sangat boros baterai yang diganti setiap 3-4 sekali, dan saya saya beli ratusan karena jam dinding di rumah ini hampir 200 jam yang lain mulai rusak," katanya.
Koleksi jam miliknya banyak mengundang perhatian publik. Hingga banyak juga warga sekitar dan juga masyarakat Kota Gorontalo yang datang untuk berfoto.
"Banyak yang datang untuk melihat ini, bahkan pernah juga ada awak media TV Nasional yang liput dan ditawarkan datag ke program tv mereka tapi saya tidak mau," pungkasnya.