Bentuk Istana Presiden di Papua Harus Cerminkan 7 Wilayah Adat

Arsitektur istana kepresidenan yang rencananya bakal dibangun di Papua tahun 2020, harus mencerminkan tujuh wilayah adat.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Sep 2019, 22:00 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2019, 22:00 WIB
Jokowi Bertemu Tokoh Papua
Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengadakan pertemuan dengan para tokoh Papua di Istana Negara, Jakarta, Selasa (10/9/2019). Jokowi mengundang 61 tokoh asal Papua dan Papua Barat untuk membicarakan masalah percepatan kesejahteraan di Tanah Papua. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jayapura -L Hari Suroto, seorang peneliti dari Balai Arkeologi Papua mengatakan, arsitektur istana kepresidenan yang rencananya bakal dibangun di Papua tahun 2020, harus mencerminkan tujuh wilayah adat.

Hari menyebutkan tujuh wilayah adat Papua meliputi Mamta, Saereri, Domberai, Bomberai, Anim Ha, La Pago, dan Meepago.

"Masing-masing wilayah adat ini memiliki bentuk rumah tradisional dan ukiran yang khas," ujarnya dikutip Antara, Jumat (13/9/2019).

Selain itu diharapkan istana kepresidenan di Papua juga berfungsi untuk menyimpan koleksi karya seni para maestro Papua.

Halaman istana kepresidenan di Papua juga harus ditanami pohon-pohon endemik yang menjadi bagian dalam budaya Papua. Pohon melinjo serat kulitnya untuk bahan pembuat noken.

Selanjutnya, pohon sagu yang semua bagiannya berguna. Pohon khombouw yang kulitnya untuk lukisan kulit kayu.

Kemudian, pohon kasuari, yang sangat berguna bagi suku Dani dalam membuat honai. Pohon soang yang sudah turun temurun dijadikan sebagai tiang rumah.

Hewan endemik Papua seperti kasuari, mambruk, kuskus, kanguru juga dibiarkan hidup bebas di lingkungan halaman istana, seperti halnya istana kepresidenan di Bogor, rusa totol dibiarkan bebas berkeliaran di halaman.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya