Mau Dapatkan Hasil Foto Kamera Lubang Jarum yang Keren? Begini Caranya

Solargraphy merupakan teknik perekaman dengan kamera lubang jarum yang di mana kertas foto beremulsi diexpose dengan waktu yang lama

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 12 Okt 2019, 19:00 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2019, 19:00 WIB
Solargraphy Project
Karya Solargraphy milik Adi Permana, salah satu parisipan Solargraphy Project 2014. (Istimewa/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung Keberadaan kamera analog saat ini kian tergeser dengan hadirnya kamera digital. Pesatnya perkembangan teknologi fotografi membuat hobi jeprat-jepret yang dilakukan kebanyakan orang saat ini lebih banyak dengan menggunakan kamera digital super canggih.

Meski demikian, keberadaan fotografi manual tetap tidak bisa dibilang lenyap. Salah satunya terlihat dari pertumbuhan pengguna kamera lubang jarum (KLJ).

Mereka yang memakai alat perekam cahaya tanpa menggunakan lensa atau optik ini justru terus bertumbuh dan menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya melalui proyek kolaboratif bernama Solargraphy Project.

Solargraphy Project bukan sebuah komunitas. Kegiatan ini lebih kepada gerakan yang tumbuh dari para pegiat KLJ dengan aktivitas merekam lintasan matahari atau solargraphy.

Sedikit banyaknya kita lebih banyak mengenal KLJ sebagai alat rekam benda yang tidak bergerak seperti bangunan dan pemandangan alam. Tapi KLJ sendiri tidak hanya merekam objek yang tidak bergerak, salah satunya lintasan matahari atau solargraphy.

“Solargraphy merupakan teknik perekaman dengan kamera lubang jarum yang di mana kertas foto beremulsi diexpose dengan waktu yang lama. Prosesnya bisa hitungan hari, minggu, bulan bahkan bisa sampai satu tahun," kata penggagas Solargraphy Project, Arie Haryana kepada Liputan6.com, Sabtu (12/10/2019).

Arie menjelaskan, pada umumnya solargraphy digunakan untuk merekam lintasan matahari. Pencetus ide dari metode ini sendiri adalah tiga orang fotografer, antara lain Slawomir Decyk, Paweł Kula dan Diego Lopez Calvin. Ketiganya membuat sebuah Project Solaris pada tahun 2000 lalu.

Sementara itu, Solargraphy Project yang digagas Arie saat ini adalah sebuah proyek bersama para pegiat KLJ yang tersebar di berbagai daerah mulai dari Bandung, Bekasi, Pekalongan, Yogyakarta, Subang, Bogor, Bekasi, dan Jakarta, untuk mendokumentasikan lintasan matahari di daerah masing-masing dengan kamera lubang jarum.

"Solargraphy Project dimulai pada Agustus 2019 dan akan berakhir Agustus 2020. Beberapa daerah sudah berjalan kegiatannya, dan Bandung akan dimulai minggu ini," kata Arie.

Untuk mengikuti kegiatan ini, Arie tidak membatasi usia peserta. Mereka yang ingin mendaftar bisa langsung mengunjungi website https://solargraphy.id/.

Adapun peralatan yang dipakai, berupa kamera yang dibuat sendiri dengan bahan seadanya. Bisa memakai memakai aluminium atau benda apapun yang kedap cahaya dengan diberi lubang kecil di dalamnya.

"Kamera yang paling sederhana itu ada yang dari kaleng rokok. Setelah diberi warna hitam dan dilubangi, cukup masukkan kertas emulsi untuk media perekamnya," ujar Arie.

Dimulai 2014

Solargraphy Project
Salah satu kamera lubang jarum dari barang bekas yang telah terpasang di salah satu sudut Kota Yogyakarta. (Istimewa/Huyogo Simbolon)

Arie mengatakan, proyek bersama ini merupakan lanjutan dari keberhasilan kegiatan sebelumnya pada 2014 lalu.

"Melalui kamera lubang jarum yang di-expose selama satu minggu, satu bulan, bahkan satu tahun di depan rumah dan di tempat umum lainnya, para pegiat lubang jarum Indonesia berhasil membuktikan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang dilintasi oleh jalur khatulistiwa," katanya.

Mahasiswa Universitas Widyatama ini mengungkapkan, dari hasil foto-foto yang dihasilkan, matahari terlihat melintang tegak lurus ke atas atau tidak menyamping dan terabadikan melalui medium kertas foto.

Sebagaimana diketahui, garis khatulistiwa atau ekuator adalah garis khayal yang membentang mengelilingi bumi dan membagi bumi menjadi dua belahan yang sama yaitu kutub utara dan kutub selatan.

Garis ini membentang melalui berbagai negara di dunia dan salah satunya adalah Indonesia. Lebih dari 12 negara di dunia dilewati oleh garis ini. Beberapa negara di antaranya adalah Gabon, Kongo, Uganda, Kenya, Somalia, Ekuador, Kolombia, Brasil dan Indonesia.

Wilayah yang dilalui garis khatulistiwa tersebut jelas memiliki keistimewaan dibanding daerah yang jauh dari garis khatulistiwa. Keistimewaan tersebut antara lain, seluruh wilayah yang dilalui ekuator memiliki iklim tropis.

Keistimewaan lainnya adalah curah hujan, suhu, dan kelembaban di daerah ini tergolong tinggi. Begitupun dengan hewan dan tumbuhan yang dapat hidup dengan baik dan beraneka ragam jenis karena matahari terus bersinar sepanjang tahun.

"Dengan adanya Solargraphy Project, para penggagas ingin mengajak para pegiat lubang jarum lainnya yang tersebar di segala penjuru Indonesia atau masyarakat awam sekalipun untuk untuk turut mengangkat salah satu keunikan Indonesia dengan merekam lintasan matahari yang melintang di negeri ini dan mengabadikannya menjadi sebuah mahakarya yang diciptakan oleh sebuah kamera lubang jarum," kata Arie.

Simak video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya