Warga Panik, Sumur Gas Peninggalan Belanda di Bojonegoro Semburkan Lumpur

Warga panik, semburan lumpur bercampur gas dan minyak mentah muncul di Desa Batokan, Kecamatan Kasiman, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

oleh Ahmad Adirin diperbarui 05 Feb 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2020, 13:00 WIB
Semburan Lumpur
Semburan lumpur bercampur gas dan minyak mentah muncul di Desa Batokan, Kecamatan Kasiman, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. (Liputan6.com/ Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Bojonegoro - Semburan lumpur bercampur gas dan minyak mentah muncul di Desa Batokan, Kecamatan Kasiman, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Kejadian itu sempat membuat warga panik. Pasalnya, sejak adanya sumur gas peninggalan Belanda di kawasan itu, baru kali ini muncul semburan ekstrem.

Semburan itu bahkan mencapai dua meter dengan disertai muntahan material lumpur dan cairan. Tampak letupan-letupan yang disertai gas dan aroma minyak mentah pun menyembur ke permukaan.

Warga Desa Batokan RT 09 RW 01, Icuk Linawati mengatakan, dirinya tidak menyangka sumur peninggalan Belanda itu bakal menyemburkan lumpur.

Menurut pengakuannya, sumur gas di desanya itu dahulu memiliki kepala sumur dan pipa gas yang difungsikan untuk mengolah gas di kilang minyak Blok Cepu.

"Dulu gas dari sini dialirkan menggunakan pipa sampai ke kilang minyak Blok Cepu, di sana digunakan mengolah minyak," kata Icuk kepada Liputan6.com, Rabu (5/2/2020).

Kilang tersebut, lanjut dia, adalah milik Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi (PPSDM Migas), yang merupakan kilang minyak peninggalan kolonial Belanda.

 

Semburan Lumpur
Semburan lumpur bercampur gas dan minyak mentah muncul di bekas sumur gas peninggalan Belanda. (Liputan6.com/ Ahmad Adirin)

Simak juga video pilihan berikut ini:

Sudah Tidak Beroperasi

Semburan Lumpur
Lokasi semburan lumpur yang muncul di Desa Batokan, Kecamatan Kasiman, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, diberi garis polisi. (Liputan6.com/ Ahmad Adirin)

Icuk menceritakan, sekitar 1970-an sumur yang ada di desanya itu sudah tidak lagi beroperasi dan hanya digunakan untuk tempat bermain anak-anak.

"Kepala sumur sudah hilang diambil orang tidak bertanggung jawab. Kejadiannya sekitar tahun 2006 sampai 2007," katanya.

"Sebelumnya pipa-pipa yang menjulur menuju kilang minyak di Blok Cepu juga sudah hilang sejak lama," imbuh Icuk.

Hilangnya kepala sumur itu menyebabkan pipa yang menancap ke dalam tanah dibiarkan terbuka dan hanya ditutup menggunakan tanah.

"Selama ini hanya sebatas letupan dan gelembung kecil. Tidak sampai terjadi semburan besar. Kami sendiri juga heran, semburan tingginya sampai 2 meter," ujarnya.

"Kemarin dari kecamatan, Lingkungan Hidup dan HSSE Pertamina EP juga sudah datang ke sini. Untuk memantau langsung kondisi semburan," ungkap Icuk menambahkan..

Munculnya semburan lumpur juga dibenarkan oleh Muzaya (58), warga Desa Batokan. Dia mengungkapkan, dulunya minyak yang keluar dari sumur tersebut biasa digunakan warga untuk menyalakan api.

"Seingat saya, dulu ada tiga kepala. Lengkap dengan besi menyerupai setir mobil. Bahkan digunakan untuk mainan," kata Muzaya.

Diketahui Liputan6.com, semburan itu muncul di pekarangan milik Almarhum Suparman warga RT 09 RW 01 Desa Batokan. Semburan bekas sumur tua peninggalan Belanda itu awalnya diketahui warga sejak Senin (3/2/2020) kemarin.

Melihat semburan makin tinggi, warga kemudian melapor pada Selsa (4/2/2020). Semburan itu mengelurkan bau yang menyengat, minyak berwarna coklat bercampur lumpur juga menyebar ke pekarangan rumah warga.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya