Liputan6.com, Pekanbaru - Dua bulan menjadi penghuni di Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas, Siak, anak gajah Puan Pandan Wangi akhirnya menghembuskan napas terakhir, Jumat dini hari, 14 Februari 2020. Hasil pemeriksaan medis, gajah berusia lima bulan ini mengalami infeksi pencernaan.
Kepala Balai Besar Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono menjelaskan, kondisi gajah Puan mulai memburuk beberapa hari belakangan. Berat badannya turun drastis karena tidak lahap lagi meminum susu.
Advertisement
Baca Juga
Puncaknya pada 13 Februari 2020, kondisi gajah Puah yang semakin memburuk membuat tim medis merawat intensif dan memberi obat secara rutin dengan harapan anak gajah dari Desa Pandan Wangi, Kabupaten Indragiri Hulu itu, membaik.
"Juga diberikan infus dan vitamin untuk suporting kondisi tubuhnya," kata Suharyono, Jum'at malam.
Jum'at dini hari, tambah Suharyono, kondisi anak gajah yang kakinya pernah terjerat ini kian memburuk. Dia tak mau minum susu lagi dan tidak mau berdiri lagi.
"Pagi harinya gajah Puan mati, kemudian dilakukan nekropsi atau bedah bangkai pada siang harinya," sebut Suharyono.
Dari nekropsi, diketahui gajah Puan memiliki bobot 101 kilogram lebih kurang. Dari hasil patologi anatomi pada bagian usus dokter menyimpulkan adanya gangguan pencernaan sehingga nutrisi terganggu.
"Setelah dilakukan nekropsi, bangkai Gajah dikubur di sekitar lokasi Pusat Latihan Gajah Riau di Minas," jelas Suharyono.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Korban Jerat
Sebelumnya, gajah Puan merupakan korban jerat di Desa Pandan Wangi, Kecamatan Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu pada 14 Desember 2019.
Saat ditemukan, kaki kiri depan anak gajah betina itu menggantung di kayu kecil terpasang jerat. Gajah ini diperkirakan sudah beberapa hari di sana karena cengkraman tali jerat sudah dalam.
"Kondisinya sangat parah, hampir putus," kata Suharyono.
Petugas memutuskan mengevakuasi gajah terjerat di hutan tanaman industri PT Rimba Peranap Indah itu karena sudah ditinggal kawanannya. Kondisinya juga tak memungkinkan untuk mencari induknya di hutan.
"Kemungkinan bertahan di alam liar sangat kecil," kata Suharyono.
Gajah jadi korban jerat yang dipasang orang tak bertanggungjawab sudah sering terjadi di Riau. Beberapa di antaranya ada yang mati di alam, seperti gajah Dita di Kabupaten Bengkalis.
Selain gajah Puan, masih ada dua anak gajah lainnya yang menghuni PLG karena menjadi korban jerat liar di hutan. Kedua gajah itu diberi nama Togar dan Intan. Keduanya tidak bisa lagi hidup di liar karena kakinya perlu perawatan khusus.
Advertisement