Liputan6.com, Bangkalan - Menjadi anggota DPRD Bangkalan, tak membuat seorang Abd Aziz berubah. Ketua PAC GP Ansor Kecamatan Socah ini tak jaim berkotor-kotor walau kamera wartaawan sedang tak menyorotnya.
Sabtu pagi, 22 Februari 2020, politikus PPP itu kedapatan sedang berbasah-basahan bersama petani dalam sebuah saluran irigasi yang tertutup rumput liar dan sampah di Dusun Klobungan, Desa Bilaporah, Kecamatan Socah.
Dia nampak girang karena ada hasil. Ketika rumput liar yang merambat lebat itu diangkat, air irigasi mengalir lebih lancar ke hilir. "Ini sudah 10 tahun tak pernah dibersihkan, ini kewenangan Dinas Pengairan Kabupaten," katanya.
Advertisement
Baca Juga
Bila belum pernah bersua, melihat penampilan Aziz pagi itu, dengan celana basah dan berlumpur, juga sebuah kaos putih bekas jadi penutup kepala ala ninja, siapa pun tak akan mengira dia adalah anggota dewan yang terhormat di DPRd Bangkalan, Madura.
"Jadi anggota dewan biasa saja, bedanya cuma dulu tak pernah rapat, sekarang sering rapat. Dulu tak punya gaji, sekarang punya gaji tetap," kata dia.
Kepedulian Aziz pada petani barangkali karena Desa Keleyan, tempat tinggalnya kini, 80 persen penduduknya masih bertani. Apalagi, setelah lulus pesantren, ia menjadi agen pupuk, sebuah profesi yang memang bergelut dengan dunia pertanian.
Maka, ketika memutuskan nyaleg pada pileg 2019 dan terpilih, Azis memilih duduk di Komisi B yang salah satunya mengurusi pertanian, semata agar lebih leluasa menolong para petani yang butuh bantuan.
Aziz juga tipe orang yang tak mau ribet dengan urusan klerikal, yang membuat rantai pelayanan dalam birokrasi menjadi tak efesien. Ketika didengarnya petani mengeluh air irigasi tak lancar, maka Azis akan turun ke ladang, mencaritahu musababnya dan kerja bakti untuk mengatasinya.
"Saya pernah memberi tahu dinas terkait, tapi eksekusi mereka lambat, sementara saya gak sabaran," dia mengungkapkan upayanya ke OPD di Bangkalan.
Simak Video Pilihan Berikut Ini
Berpose di atas Enceng Gondok
Beberapa pekan sebelumnya, Abd Aziz juga pernah melancarkan kritik pada pemerintah daerah dengan kerja bakti, namun dengan cara yang lebih nyentrik. Karena tak lumrah dilakukan seorang politisi, aksi itu menjadi perbincangan publik luas.
Aarangkali, Azis tak gila publikasi pemberitaan. Ia hanya menggunakan akun Facebook-nya untuk mengkritik kelambanan pemerintah itu.
Pada 9 Februari, Aziz memposting rimbun sampah dan enceng gondok yang menutupi saluran irigasi Afor 9, Kelurahan Tunjung, Kecamatan Burneh BTS 3, yang jadi biang tersendatnya aliran air ke sawah petani di Kecamatan Burneh dan Socah.
“Tolong Dinas Pengairan Provinsi, Dinas Pertanian Bangkalan,” tulis Aziz dalam postingannya.
Tak hanya koar-koar lewat status, ia dan beberapa petani yang tak sabar menunggu gerak lamban pemerintah, memilih menyeburkan diri ke dalam irigasi itu, untuk membersihkan sampah dan enceng gondok yang merimbun.
Sebagai gambaran betapa tebal sumbatan itu, Aziz dan petani bisa berbaring di atas enceng gondok itu tanpa tenggelam, seolah-olah tengah rebahan di sebuah kasur yang empuk.
“Kalau tak dibersihkan, bibit padi yang baru ditanam petani bisa kurang air dan gagal tumbuh, petani yang rugi,” kata Aziz.
Sebagai anggota dewan, Aziz pernah memakai jalur birokrasi dengan memanggil Dinas Pertanian untuk menyelesaikan masalah irigasi yang terus mendangkal akibat timbunan lumpur dan sampah itu.
Tapi, ia tak puas karena dalam rapat justru ribut soal batas teritorial irigasi antara bagian yang menjadi kewenangan Pemkab Bangkalan dan bagian yang menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi.
Maka Aziz memilih terjun dan membersihkan sendiri sampah dan enceng gondok itu. Sebab petani lebih butuh air irigasi lancar mengalir dibanding perdebatan.
Advertisement