Ritual Pawang Buaya Mamuju Tengah Menangkap Buaya Jumbo Seorang Diri

Ia menangkap buaya yang meresahkan warga seorang diri. Buaya jumbo yang ditangkapnya tersebut kemudian ditarik ke atas daratan dan menjadi tontonan warga.

oleh Abdul Rajab Umar diperbarui 24 Feb 2020, 17:00 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2020, 17:00 WIB
Pawang buaya Mamuju Tengah, Rusli, yang berhasil menangkap buaya jumbo sepanjang 4 meter. (Foto: Liputan6.com/Abdul Rajab Umar)
Pawang buaya Mamuju Tengah, Rusli, yang berhasil menangkap buaya jumbo sepanjang 4 meter. (Foto: Liputan6.com/Abdul Rajab Umar)

Liputan6.com, Mamuju Tengah - Rusli (39) seorang pawang buaya yang berhasil menangkap buaya sepanjang empat meter di Desa Babana, Kecamatan Budong-budong, Kabupaten Mamuju Tengah bercerita, ia menangkap buaya itu karena terpaksa. Buaya itu sudah sangat meresahkan warga yang beraktivitas di sekitar Sungai Budong-budong

"Tahun lalu dua orang warga meninggal di sungai, karena dimangsa buaya. Tahun lalu juga dua ekor sapiku dimangsa buaya itu, sapi tetanggaku juga. Sering juga kejar warga yang lagi memancing," kata pawang buaya ini kepada Liputan6.com, Selasa 18 Februari 2020.

Rusli bercerita, bahwa dirinya menangkap buaya jumbo itu, hanya menggunakan umpan seekor ayam yang masih hidup.

Ia menangkap buaya yang meresahkan warga seorang diri. Buaya jumbo yang ditangkapnya tersebut kemudian ditarik ke atas daratan dan menjadi tontonan warga.

"Tidak ditombak itu buaya, buaya besar itu mati karena kaki dan mulutnya diikat, ada juga warga yang naik ke atas punggung buaya untuk poto-poto," ujar Rusli.

Pawang buaya ini bercerita, setelah mati buaya itu dikuliti dan dibelah. Kemudian bangkai buaya tersebut dibuang ke sungai sebagai ritual. Hal itu dilakukan agar tidak ada lagi buaya di sungai itu yang memangsa ternak maupun manusia, sesuai apa yang ia percayai.

Simak video pilihan berikut ini:

100 Ekor Buaya di Sungai Budong-budong

Ilustrasi - Penampakan Buaya di Sungai Lukulo, Kebumen, Jawa Tengah, Desember 2018. (Foto: Liputan6.com/Mulyadi/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi - Penampakan Buaya di Sungai Lukulo, Kebumen, Jawa Tengah, Desember 2018. (Foto: Liputan6.com/Mulyadi/Muhamad Ridlo)

"Kalo soal menangkap buaya ini, sudah diwariskan turun-temurun di dalam keluargaku, dari kakek hingga bapakku. Saya juga punya surat izin untuk tangkap buaya dari polisi, camat dan desa. Saya bukan penangkap seperti yang lain yang tiap hari mencari buaya," ungkap Rusli.

Rusli mengakui, dirinya selama ini kerap dipanggil untuk menangkap buaya. Ia tidak akan datang jika ada panggilan atau permintaan pertolongan.

Ada beberapa tempat yang pernah ia datangi. Di antaranya daerah Ampallas Kecamatan Kalukku, Bololi Kabupaten Pasangkayu, hingga Sungai Karama.

Rusli juga mengakui, dirinya sudah beberapa tahun mengusulkan kepada pemerintah agar dibuatkan tempat penangkaran buaya.

Karena satwa yang dilindungi itu masih terdapat sekitar 100 ekor lebih di Sungai Budong-budong. Namun hingga kini tidak pernah ada reaslisasi dari pihak pemerintah.

"Kalau memang buaya ini dilindungi pemerintah, harusnya mereka buat penangkarannya, karena banyak disini. Jangan didiamkan saja karena masyarakat bisa jadi korbannya," tegas Rusli.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya