Keindahan Curug Sawer Pandeglang dan Mitos Buaya Putih Sang Penjaga

Keberadaan Kecamatan Cigeulis tidak begitu populer di kalangan wisatawan lokal maupun wisatawan luar, namun wilayah Kecamatan Cigeulis merupakan wilayah yang dijadikan jalur lalu lintas wisata Pulau Umang dan Pantai Ciputih.

oleh Liputan Enam diperbarui 02 Mar 2020, 06:00 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2020, 06:00 WIB
Curug Sawer Pandeglang
Curug Sawer Pandeglang

Liputan6.com, Pandeglang - Jika sekali waktu Anda pernah melewati Kecamatan Cigeulis, Banten, sempatkan mampir menikmati indahnya curug Sawer yang menyimpan eksotisme alam khas pegunungan.

Keberadaan Kecamatan Cigeulis tidak begitu populer di kalangan wisatawan lokal maupun wisatawan luar, namun wilayah kecamatan Cigeulis merupakan wilayah yang dijadikan jalur lalu lintas wisata Pulau Umang dan Pantai Ciputih.

Tak hanya itu, Kecamatan Cigeulis sebetulnya menyimpan potensi wisata yang masih bisa dikembangkan, salah satunya adalah wisata alam Curug Sawer yang terletak kurang dari satu kilometer dari pusat Kecamatan Cigeulis.

Anda dapat ke lokasi dengan berjalan kaki kurang lebih 10 menit atau dapat pula dengan mengendarai sepeda motor jika ingin lebih cepat sampai. 

Dikutip dari laman Dinas Pariwisata Kabupaten Pandeglang, bahwa dalam bahasa Indonesia curug berarti air terjun. Tidak seperti kebanyakan air terjun, Curug Sawer Banten ini memiliki dua tingkatan air terjun.

Tingkat pertama bernama curug Lalakina (lelaki) yang berada di bagian atas dengan ketinggian yang mencapai 25 meter. Sedangkan tingkat kedua bernama curug Bikang (perempuan) dengan ketinggian tujuh meter.

Selain kedua air terjun tersebut ternyata di bawah curug bikang terdapat goa bawah air yang panjangnya bisa mencapai 8 kilometer dan berujung di daerah muara Babakan Nangka. Hal inilah yang menambah keindahan dari curug yang terletak di Pandeglang, Banten ini.

Berdasarkan penuturan warga setempat, Curug Sawer tidak sedikit menaruh mitos tradisional, konon di curug ini bersemayam buaya putih yg menjaga 'keperawanan' Curug dari pengaruh ulah bernoda manusia. Buaya ini senantiasa menampakkan diri juga sebagai kakek lanjut usia saat bulan purnama tiba.

Lokasi ini pun tidak jarang dijadikan sebagai ruang bersemedi terutama di sektor batu datar yang tertutup semak belukar di Curug Lalaki dan ada juga yg bersemedi di atas Curug Bikangnya. (Akhmad Mundzirul Awwal/PNJ).

Simak Video Pilihan Berikut:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya