Pemilik Homestay di Banyumas Ini Gratiskan 24 Kamar untuk Perawat Pasien Covid-19

Brili yang juga anggota Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengajak pengelola hotel lain untuk bersama-sama membantu penanganan wabah COVID-19

oleh Rudal Afgani Dirgantara diperbarui 28 Mar 2020, 00:30 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2020, 00:30 WIB
Aksara Homestay menggratiskan 24 kamar untuk perawat Covid-19 yang kesulitan tempat tinggal. (Foto: Liputan6.com/Dok. Brili/Rudal Afgani)
Aksara Homestay menggratiskan 24 kamar untuk perawat Covid-19 yang kesulitan tempat tinggal. (Foto: Liputan6.com/Dok. Brili/Rudal Afgani)

Liputan6.com, Banyumas - Pasien pengidap Corona Covid-19 terus bertambah di pelosok daerah seiring derasnya arus mudik kaum perantau. Petugas kesehatan di berbagai layanan kesehatan pun kewalahan karena kebanjiran pasien.

Namun cobaan para tenaga medis tak sebatas itu. Kisah perawat di RSUD Margono Sokarjo contohnya. Setelah berjibaku di ruang isolasi, perawat ini harus rela pindah rumah kos karena penolakan pemilik.

Penolakan itu karena kekhawatiran petugas medis yang merawat pasien dalam pengawasan (PDP) Corona Covid-19 itu akan membawa virus ke rumah kos dan menularkan ke penghuni yang lain.

Mendengar cerita ini, Brili Agung, pemiliki Aksara Homestay tergerak untuk menampung petugas medis tersebut. Ia menyediakan kamar plus layanan sarapan pagi gratis untuk tenaga medis itu.

"Saya bantu nginep gratis," ujar dia yang dihubungi melalui sambungan telepon.

Ternyata petugas medis yang diusir dari rumah kos tidak hanya satu orang. Brili pun tak keberatan menampung petugas medis lainnya.

"Akhirnya saya relakan 24 kamar untuk petugas medis yang sedang berjuang melawan Corona," kata dia.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Penggalangan Dana

Pemilik Aksara Homestay menandatangani MoU dengan RSUD Margono untuk bekerja sama dalam penangananan Covid-19. (Foto: Liputan6.com/Dok. Brili/Rudal Afgani)
Pemilik Aksara Homestay menandatangani MoU dengan RSUD Margono untuk bekerja sama dalam penangananan Covid-19. (Foto: Liputan6.com/Dok. Brili/Rudal Afgani)

Aksi kemanusiaan Brili sampai di telinga Direktur RSUD Margono, Tri Kuncoro. Brili kemudian diundang untuk menandatangani perjanjian.

Perjanjian itu berisi komitmen kedua belah pihak untuk saling membantu. Brili menyediakan kamar dan layanan lainnya. Sementara RSUD Margono membantu edukasi masyarakat sekitar homestay.

"Saya khawatirnya warga sekitar homestay yang tidak terima, makanya kami bekerja sama denga RSUD Margono untuk mensosialisasikan ke warga sekitar," ujar dia.

Brili mengatakan, tarif satu kamar antara Rp200 ribu hingga Rp250 ribu per hari. Pada hari biasa, 80 persen kamar terisi. Namun setelah wabah COVID-19 merebak, hanya 30 persen hingga 40 persen kamar yang terisi.

"Kalau biaya operasional per bulan mencapai Rp60-an juta. Sudah termasuk listrik, air, gaji pegawai dan lainnya," kata dia.

Aksi kemanusian ini juga mendapat dukungan berbagai pihak. Satu di antaranya Cozzy Coz Care, platform yang bergerak pada bidang penggalangan dana untuk membantu penanganan virus Corona.

"Berapapun yang terkumpul saya terima," kata dia.

Platform itu menggalang dana untuk menutup biaya operasional homestay. Rencananya, 24 kamar itu akan dipakai para tenaga medis selama sebulan.

 

Apresiasi RSUD Margono

RS Moewardi Solo membikin APD biological hazard sendiri. (Foto: Liputan6.com/Humas Pemprov Jateng/Muhamad Ridlo)
RS Moewardi Solo membikin APD biological hazard sendiri. (Foto: Liputan6.com/Humas Pemprov Jateng/Muhamad Ridlo)

"Tapi kalau diperlukan, bisa diperpanjang," ujar Brili.

Brili yang juga anggota Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengajak pengelola hotel lain untuk bersama-sama membantu penanganan wabah COVID-19. Sejumlah pengelola hotel tergerak, satu di antaranya Hotel Java Heritage.

"Java Heritage menyumbangkan selimut, sprei, dan bantal untuk di GOR, karena GOR rencananya jadi ruang isolasi," kata dia.

Direktur RSUD Margono, Tri Kuncoro mengatakan sangat mengapresiasi peran serta masyarakat dalam membantu penanganan COVID-19. Tri mengatakan banyak pekerja di RSUD Margono yang didiskriminasi setelah wabah merebak.

"Bukan hanya tenaga medis, pekerja bangunan Margono juga," kata dia.

Tri menjelaskan, ada serangkaian prosedur bagi petugas medis yang bekerja di ruang isolasi. Sebelum pulang, mereka akan disterilisasi. Mereka juga mandi sebelum pulang.

"Jadi pulang sudah steril," ujar dia.

Untuk mengedukasi masyarakat agar tidak berlaku diskriminatif terhadap tenaga medis yang bekerja di ruang isolasi, tim dari RSUD Margono akan turun mensosialisasikan ke masyarakat sekitar.

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya