Liputan6.com, Mamuju - Dua pasien positif Covid-19 di RSUD Regional Sulawesi Barat kabur dari ruang isolasi pada Jumat (29/05/2020) siang. Kedua pasien itu merupakan santri yang berasal dari Kabupaten Mamuju dan masuk dalam Klaster Temboro, Magetan, Jawa Timur.
Pasien diduga kabur karena tidak dapat kejelasan soal statusnya selama 20 hari dirawat. Mereka diketahui masih berteman karena sama-sama santri asal Temboro. Mereka berhasil kabur setelah melompat dari jendela ruang karantina.
"Itu anak-anak yang di rumah sakit kan dari Jawa, santri, langsung dikarantina di selama 17 hari di rumah ustadznya, terus karantina lagi di rumah sendiri lebih 20 hari. Setelah itu dijemput pihak RS, sampai sekarang belum sembuh," kata Wandi salah seorang kerabat pasien saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (29/05/2020).
Advertisement
Sementara itu, Direktur RSUD Regional Sulawesi Barat dr Indahwati Nursyamsi yang dihubungi membenarkan kaburnya pasien itu. Menurutnya, pasien kabur dengan memanfaatkan situasi saat terjadi keributan antara pihak rumah sakit dengan keluarga pasien yang ingin menjemput mereka.
Baca Juga
"Benar, pasien kabur. Ada 3 yang ingin kabur tapi satu sudah kembali dan 2 berhasil lolos yakni AK dan MY. Saat itu orang tua pasien tidak mau mengerti dan ngotot mau membawa pulang anaknya," kata Indahwati.
Indah menambahkan, saat ini pihak Polresta dan gugus tugas Mamuju sudah bergerak untuk mencari keberadaan pasien yang kabur, untuk kembali karantina. Karena dikhawatikan, mereka akan melakukan kontak dengan orang lain, sementara pasien belum dinyatakan sembuh.
"Mereka ini, baru satu kali menjalani tes swab dan hasilnya keluar positif. Tes kedua mereka sudah dikirim, namun belum keluar hasilnya," ujar Indahwati.
Anggota Gugus Tugas Penanganan Covdi-19 Sulawesi Barat dr Muhammad Ikhwan mengatakan, kedua pasien kabur menggunakan sepeda motor yang terparkir di area rumah sakit. Motor itu digunakan pasien saat pertama kali datang ke RSUD Regional Sulawesi Barat untuk menjalani isolasi.
" Anak-anak ini dia manfaatkan situasi ribut-ribut, dia keluar kemudian lompat dari pagar, kemudian dia gunakan motor, mereka berboncengan kabur," jelas Ikhwan.
Ikhwan juga sangat menyayangkan sikap dari pasien, karena mereka tidak menerima kenyataan, bahwa mereka merupakan pasien Covid-19. Begitu juga dengan keluarga pasien yang selalu menginginkan agar anak mereka menajalani isolasi mendiri di rumah masing-masing.
"Orang tuanya, sama juga pemikirannya anak-anaknya. Tapi, kita ini di Sulbar, gugus khususnya itu tidak mau kalau dirawat di rumah, kami menganggap isolasi di rumah itu beresiko, karena kondisi pasien tidak bisa dipantau setiap hari," terang Ikhwan.
Menurut Ikhwan, akibat kaburnya pasien positif Covid-19 ini, maka, gugus tugas akan kembali melakukan tracking, untuk mencari tahu siapa saja yang melakukan kontak dengan pasien selama kabur.
"Gugus tugas rencananya, akan melakukan rapid test kepada semua keluarga pasien," tutup Ikhwan.
Â
Â
Â
Â
Â
Â