Liputan6.com, Banjarnegara - Dieng Culture Festival di Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah selalu menorehkan cerita unik. Salah satunya, dari cerita anak gimbal, yang diyakini sebagai keturunan Kiai Kolodete.
Di Dieng, ada ritual yang mesti dilakukan sebelum potong rambut gimbal. Bocah gimbal yang hendak dipotong rambutnya itu, ditanya permintaannya.
Jawaban tiap bocah berambut gimbal itu tentu saja berbeda-beda. Ada yang menginginkan gawai, ada yang mainan favorit, atau piknik ke tempat-tempat impian.
Advertisement
Baca Juga
Tetapi, terkadang permintaan itu aneh lantaran muncul dari mulut anak-anak. Kali ini, seorang anak peserta ritual pemotongan rambut gimbal pada helatan Dieng Culture Festival memiliki keinginan yang terbilang sederhana bagi kebanyakan orang, buntil.
Buntil merupakan makanan tradisional khas banyumasan. Buntil biasanya terbuat dari daun talas atau daun singkong yang dimasak dengan santan dan bumbu rempah hingga lunak.
Dalam Dieng Culture Festival 2020 ini, panitia hanya menyertakan tiga anak rambut gimbal pada ritual potong rambut. Pandemi COVID-19 memaksa panitia memangkas prosesi yang biasanya panjang menjadi lebih singkat untuk menghindari risiko penyebaran wabah corona.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Cerita Baso dan Buntil
Sebelum pandemi, ritual potong rambut gimbal bisa diikuti 13 anak. Rangkaian ritualpun tidak didesain sesingkat mungkin.
"Yang daftar sebenarnya ada 18, tapi karena pandemi kami hanya ambil tiga," kata Alif Fauzi, ketua panitia pelaksana Dieng Culture Festival Virtual 2020.
Pada ritual potong rambut gimbal, panitia akan mengabulkan permintaan anak peserta ritual ini. Sebab jika tidak mengabulkan permintaan mereka, rambut mereka akan terus gimbal seusai ritual.
Anak pertama meminta baso dan buntil. Sementara dua anak lain meminta tablet dan kalung emas. Panitiapun memenuhi keinginan mereka.
"Kalung emasnya dua gram, karena selain kalung juga minta HP," ujar dia.
Advertisement
'Nguri-Uri' Budaya di Masa Pandemi
Iring-iringan pada ritual tahun ini hanya dari pendapa ke panggung. Di panggung, keriga anak ini menjalani jamasan atau penyucian dengan memandikan peserta ritual potong rambut gimbal.
Selanjutnya prosesi ngalap berkah. Pada prosesi ini, tidak ada rebutan gunungan hasil bumi karena menghindari kerumunan.
Panitia yang telah disiapkan mengambil berkat dan membaginya ke peserta. Pesertapun hanya dibatasi 30 orang.
Prosesi dilanjutkan dengan pemotongan rambut dan kemudian melarungnya di telaga Kalikampa. Acara selesai pukul 11.30 WIB.
"Kita bikin sesingkat mungkin, karena konsepnya sekadar nguri-uri budaya di masa pandemi," tuturnya yang dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis sore (17/9/2020).