Cerita Ridwan Kamil Jadi Relawan Vaksin Covid-19, Sempat Dituding Hoaks

Emil, panggilan Ridwan Kamil sendiri mengaku meski menjadi bagian pemerintah yang menangani langsung, merelakan dirinya untuk menjadi salah satu dari 1.620 relawan vaksin Covid-19.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 11 Okt 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2020, 08:00 WIB
Ridwan Kam
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberikan keterangan kepada pers usai mendapatkan suntik vaksin Covid-19 di Puskesmas Garuda, Kota Bandung, Jumat (28/8/2020). (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Uji klinis vaksin Covid-19 buatan Sinovac yang dikerjasamakan dengan Bio Farma telah memasuki fase tiga dan melibatkan ribuan relawan. Salah satu dari 1.620 relawan yang ikut serta uji klinis di Universitas Padjajaran Bandung beberapa waktu lalu ialah Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

Emil, panggilan Ridwan Kamil sendiri mengaku meski menjadi bagian pemerintah yang menangani langsung, merelakan dirinya untuk menjadi salah satu dari 1.620 relawan vaksin Covid-19. Ia meyakinkan masyarakat bahwa uji klinis vaksin yang dilaksanakan di Unpad melalui tiga tahap fase uji klinis beberapa waktu lalu dan disaksikan Presiden Joko Widodo.

"Tahap satu vaksin disuntikkan pada relawan yang jumlahnya dibawah 100 orang. Tahap dua, disuntikkan pada relawan dengan jumlah antara 100 hingga 1.000 orang. Dan tahap tiga untuk relawan di.atas 1.000 orang dan tepatnya 1.620 relawan," kata Emil saat berbagi cerita dengan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Reisa Brotoasmoro, yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (9/10/2020).

Pengalamannya dalam menjalani uji coba itu syaratnya harus mendatangi hingga lima kali kunjungan. Pertama melakukan tes PCR, rapid test dan sejenisnya untuk pengkondisian.

Kunjungan kedua, menerima suntikan vaksin tahap satu, kunjungan ketiga disuntikkan tahap kedua, kunjungan keempat dan kelima diambil darahnya untuk dicek reaksi dari vaksin yang disuntikkan.

"Apakah setelah disuntik vaksin, di dalam tubuh saya ini antibodi berlimpah atau tidak. Nah, kalau berlimpahnya sampai 90 persen, berarti badan saya siap melawan virus Covid-19 yang akan menyerang tubuh saya. Pengambilan darah kedua akan dilakukan Desember 2020 dan untuk melihat hasilnya. Nah kalau hasil uji darah Desember kelak berhasil, maka produksi vaksin secara massal baru bisa dimulai dan dilanjutkan vaksinasi massal," beber Emil.

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini:

Kandidat Vaksin

Memang Emil mengatakan upaya yang dilakukan pemerintah ini tidaklah mudah. Dan masih ada kelompok-kelompok masyarakat yang meragukan keamanan vaksin.

Bahkan ia yang mengikuti proses relawan vaksin pun dituding hanya berpura-pura atau menyebarkan hoaks (berita bohong), ketika fotonya saat proses pengambilan darah diunggah akun media sosial pribadinya dan beredar luas di media sosial.

"Persepsi publik, orang-orang yang tidak paham menyangka saya bohong. Karena menurut yang tidak paham, jarum suntik itu masih seperti model yang lama, padahal dalam tes vaksin menggunakan jarum suntik modern yang disebut vacutainer," ungkapnya.

Makanya Emil meminta masyarakat yang tidak paham tentang prosesnya, jangan berkomentar yang memprovokasi. Sebaliknya, ia menyarankan warga untuk bertanya agar memahami prosesnya.

Ia pun meyakinkan masyarakat bahwa sejauh ini yang ia rasakan, tidak ada dampak medis yang ditimbulkan akibat vaksin tersebut.

Hingga saat ini terdapat beberapa kandidat vaksin Covid-19 yang akan digunakan di Indonesia. Diketahui kandidat itu diantaranya vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional serta Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Ada pula kandidat vaksin kolaborasi Bio Farma dengan Sinovac dari Tiongkok, Kimia Farma dengan G42 dari Uni Emirat Arab, dan Kalbe Farma dengan Genexine dari Korea Selatan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya