Hamparan Edelweis, Sisi Lain dari Keindahan Danau Kelimutu

Pada tahun 2020, Balai TN Kelimutu mengembangkan kebun demplot edelweis seluas 0,22 hektare bersama masyarakat.

oleh Dionisius Wilibardus diperbarui 17 Okt 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2020, 09:00 WIB
Edelweis Kelimutu, Sisi Lain dari Keindahan Danau Kelimutu
Khusus di Kelimutu, pengembangan Edelweis dimulai sejak tahun 2018. (Liputan6.com/Dionisius Wilibardus)

Liputan6.com, Ende - Balai Taman Nasional Kelimutu terus berinovasi dan menyiapkan wisata penyangga di sekitar kawasan wisata danau Kelimutu. Selain memberdayakan desa-desa penyangga, pihak balai juga memberdayakan kelompok masyarakat untuk menciptakan spot wisata demi memikat wisatawan yang datang.

Salah satunya adalah wisata bunga edelweis. Bunga edelweis tergolong tumbuhan endemik. Artinya tanaman ini hanya tumbuh di satu tempat dan tidak ada di tempat lain. Nah, edelweis sendiri tumbuh di daerah pegunungan.

Khusus di Kelimutu, pengembangan edelweis dimulai sejak tahun 2018. Saat itu, tim Balai TN Kelimutu melakukan studi banding di TN Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan dilanjutkan dengan pelatihan budidaya Eldeweis di Ende oleh TNBTS. Setelah diuji coba, pengembangannya sudah maju hingga diajarkan kepada masyarakat sekitar kawasan Kelimutu.

Pada tahun 2020, Balai TN Kelimutu mengembangkan kebun demplot edelweis seluas 0,22 hektare bersama masyarakat. Kini, kebun edelweis tersebut dikelola oleh kelompok masyarakat Tuke Du di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Lokasi kebun edelweis tepat berada di lintasan jalan wisata ke Danau Kelimutu dari loket gerbang Kelimutu. Luar biasanya, bisa jadi alternatif untuk berwisata. Para pengunjung bisa berfoto ria dengan pemandangan Gunung Kelibara. Sangat eksotis.

Pengembangan edelweis selain berdampak dari sisi wisata, juga jadi alternatif peningkatan ekonomi masyarakat. Masyarakat bisa mendapatkan pundi-pundi rupiah dari budidaya tanaman khas pegunungan ini.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini

Pembudidayaan Edelweis

Alun-alun Surya Kencana
Bunga edelweis yang bermekaran di alun-alun Surya Kencana Gunung Gede - Pangrango. Foto: Muhammad Nuramdani.

Ketua Kelompok Tuke Du, Yohanes R Sale kepada Liputan6.com (12/10/2020) mengatakan, pihaknya mulai menghasilkan beberapa buah tangan seperti buket edelweis, gantungan kunci, bingkai, dan sebagainya. Keterlibatan TN Kelimutu sangat dirasakan olehnya.

"Dalam waktu dekat, kami juga mengembangkan kebun stroberi. Nanti yang masuk akan bayar karcis," ujarnya.

Sementara, staf Balai TN Kelimutu, Laela Nurahma menjelaskan bahwa edelweis yang tumbuh di Kelimutu adalah jenis Anapholis longifolia yang merupakan perdu kecil dengan tinggi berkisar 70 cm, tumbuh di daerah terbuka di ketinggian seputaran kawasan pegunungan di Jawa sampai Nusa Tenggara.

Bunga cantik ini, menurut Laela, biasa dilambangkan sebagai simbol cinta abadi. Jenis tumbuhan yang dilindungi ini sekarang sedang dikembangkan sebagai plasma nutfah dan dibudidayakan di desa penyangga oleh Balai TN Kelimutu.

Laela menambahkan bahwa edelweis identik dengan bunga abadi. Dikatakan demikian karena bunga ini tahan lama setelah dipetik.

"Kalau bunga lain, hanya bertahan beberapa hari saja kalau sudah dipetik. Edelweis bisa tahan sampai 10 tahun kalau sudah dikeringkan," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya