Liputan6.com, Tasikmalaya Bagi Anda yang pernah berwisata religi di kawasan makam Syeh Abdul Muhyi, Pamijahan, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, tidak afdol rasanya jika tidak masuk ke dalam gua keramat Safarwadi yang ada di kompleks pemakaman itu.
Sebagai salah satu petilasan makam waliyulloh Syeh Abdul Muhyi, keberadaan Gua Alam Safarwadi menyimpan sejumlah misteri, termasuk jejak bersejarah awal mula penyebaran agama Islam di pesisir selatan Jawa Barat tersebut.
Untuk itu, di Penghujung tahun 2020 ini tidak ada salahnya Anda menyiapkan rencana liburan, termasuk berwisata religi sambil memanjatkan doa dan sejumlah rencana agar 2021 lebih baik lagi.
Advertisement
Yaya, (44) salah satu warga Kampung Pamijahan, Tasikmalaya mengatakan, salah satu pesona wisata religi makam waliyulloh Syeh Abdul Muhyi adalah Gua Safarwadi.
Berada sekitar 1 kilometer dari lokasi makam, konon di dalam gua batu alam tersebut, ada beberapa tempat bermunajat termasuk jalan pintas ke beberapa kota di Indonesia.
“Ada juga jalan menuju Mekah di tanah Arab, yang dulu digunakan Syeh Abdul Muhyi,” ujarnya, beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Menurutnya, Gua Safarwadi merupakan salah satu tempat bersejarah peninggalan sang wali, saat pertama menyebarkan Islam di wilayah itu.
“Pernah juga saat itu digunakan untuk pertemuan para wali songo saat merencanakan penyebaran agama islam,” kata dia.
Ada sekitar 17 lokasi di dalam gua yang dulu digunakan sang wali beribadah, termasuk dalam pertemuan bersejarah para wali tersebut. Sebut saja tempat bersemedi atau mendekatkan diri pada illahi.
“Istilahnya tempat taqorub (mendekatkan diri),” kata dia.
Kemudian, cai kahuripan (air kehidupan) yang keluar dari sela-sela batu, tempat itu kerap juga digunakan untuk berwudu dan air minum saat berada di dalam gua. “Ada juga air zam-zam,” kata dia meyakini.
Selanjutnya, sebuah pelataran yang konon digunakan sebagai masjid, termasuk tempat berkumpulnya para wali songo. “Di dalam masjid itu ada juga batu lonjong yang biasa digunakan sebagai mimbar untuk dakwah,” kata dia.
Kemudian beberapa lubang yang konon diguanakan sang wali, saat berangkat menuju ke mekah, serta beberapa lubang menuju beberapa kota bersejarah tanah air, seperti Gunung Djati, Cirebon saat menemui Syeh Syarif Hidayatulloh.
Lubang menuju Banten saat menemui Syeh Hasanuddin. “Ada juga lubang menuju Surabaya saat menemui Sunan Ampel,” kata dia.
Kemudian masjid istri, atau pelataran yang digunakan untuk perempuan dalam beribadah, sembikan lubang yang biasa disebut jabal kopiah. “Alangkah lebih baik jika selama di dalam goa perbanyak bersalawat,” ujarnya.
Tidak hanya itu, bagi Anda yang telah berpeluh keringat, di dalam Gua Safarwadi juga tersedia pemandian air kejayaan, serta beberapa batu tegak berukuran besar, yang menggambarkan kondisi tihang masjid Madinah.
“Ada juga bekas pesantren, gapura, padaringan yang berbentuk aseupan (berbentuk kerucut),” kata dia.
Untuk mengindari padatnya pengunjung, Yaya berharap jumlah rombongan tidak melebihi 6 orang untuk sekali masuk ke dalam goa.
“Selain pengap kondisi dalam goa juga kan gelap gulita, jadi harus berhati-hati juga,” ujarnya mengingatkan.
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Spirit Kebaikan
Cecep, salah satu pejiarah asal Garut mengatakan, berjiarah ke makam para wali, memberikan semangat dan spirit bagi kehidupan. “Selain memanjatkan doa, berjiarah itu memberikan banyak manfaat terutama mengenai sejarah islam,” kata dia.
Selama berjiarah ujar dia, diharapkan semua pengunjung untuk memperbanyak doa dan sholawat, sebagai ihtiar untuk mencapai kebaikan.
“Jiarah itu bukan meminta kepada makam, justru kita berdoa dan mengambil hikmah dari semangat para wali menyebarkan agama islam,” ujarnya bangga.
Hal senda disampaik Dendi, peserta jiarah religi asal ibu kota Jakarta. Menurutnya, wisata jiarah ke makam waliyulloh termasuk mendatangi sejumlah petilasan dan peninggalanya, memberikan kesan spiritual untuk diri.
“Ada pesan spirit yang ditimbulkan, bagaimana perjuangan seorang wali dulu menyebarkan islam di sana,” kata dia.
Baginya, kesulitan akibat minimnya fasilitas dan akses saat itu, tak membuat semangat para waliyulloh menyebarkan islam mengedur, sehingga lokasi gua pun bisa menjadi salah satu sarana untuk menyebarkan ajaran islam.
“Manfaatnya banyak sekali, terutama bagaimana menanamkan semangat dan selalu mengajak kebaikan,” ujar dia.
Advertisement
Tradisi Larangan Merokok
Selain eksotisme Goa Safarwadi, ada area khusus berupa larangan merokok bagi seluruh pengunjung atau peziarah, selama kegiatan religi berlangsung di lokasi jiarah makam Pamijahan.
“Jaraknya sekitar 150 meter ke segala arah dari lokasi makam waliyulloh,” ujar sesepuh keramat Pamijahan, Endang Azidin.
Berdasarkan cerita turun temurun masyarakat, larangan itu merupakan bentuk peringatan untuk meninggalkan kebiasaan merokok, terutama saat tengah melaksanakan sebuah rencana atau perjalanan.
“Intinya agar tidak menghambat dan selalu khusuk,” ujar dia.
Walkisah, dalam sebuah perjalanan religi ke kota Mekah yang tengah dilalui Syeh Abdul Muhyi dengan rekannya Syeh Maulana Mansyur dari Banten, keduanya membuat sebuah rencana untuk berlomba sampai ke kota suci Mekah, dari dua rute berbeda.
Syeh Abdul Muhyi menggunakan jalur perut bumi, yang dilalui melalui salah satu gua di dalam Gua Safarwadi, sementara Syeh Maulana Mansyur berangkat via laut.
Namun di tengah perjalanan, Syeh Abdul Muhyi tergoda untuk menghisap lintingan tembakau yang sudah disiapkan, dengan alasan menghangatkan tubuh.
Sontak saat sampai di kota Mekah, Ia kaget bukan kepalan melihat sohibnya, Syeh Maulana Mansyur terlihat sudah beberapa lama sampai di sana, sehingga ia malu dan mengakui kekalahannya.
Sejak saat itulah, ia melarang seluruh keturunan dan pihak lain untuk tidak merokok, terutama setelah kembali pulang ke tanah air khususnya di kawasan makam Pamijahan.
“Kalau mau merokok, silakan tidak masalah asalkan di luar batas yang telah ditentukan,” ujar mengingatkan.
Hingga kini larangan itu masih berlaku, tak mengherankan bagi seluruh peziarah yang datang, selalu diingatkan masyarakat sekitar untuk mematuhi aturan adat itu.”Kecuali memang tidak disengaja atau tidak tahu, itu tidak masalah,” kata dia.