Benarkah Puasa setelah Nisfu Sya'ban Haram? Ini Jawaban Buya Yahya

Buya Yahya mengatakan bahwa kemakruhan atau keharaman dalam hal ini bisa dihindari jika seseorang telah memiliki kebiasaan berpuasa sebelum Nisfu Sya'ban.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Feb 2025, 09:30 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2025, 09:30 WIB
[Bintang] Setelah Nisfu Sya'ban, Kamu Perlu Siapkan Hal-hal Berikut
Ilustrasi puasa (Via: acaiberrydonaiasli.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Puasa Nisfu Sya'ban menjadi perbincangan di kalangan umat Islam, terutama mengenai hukum dan keutamaan menjalankannya. Sebagian ulama menyatakan adanya larangan, sementara yang lain membolehkannya dengan syarat tertentu.

Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya menjelaskan bahwa terdapat riwayat mengenai larangan berpuasa setelah pertengahan Sya'ban, tetapi mayoritas ulama berpendapat bahwa hal tersebut tidak berlaku secara mutlak.

"Ada riwayat seperti itu, tapi menurut jumhur tidak. Dalam mazhab kita, jika seseorang sudah memasuki Nisfu Sya'ban dan tidak memiliki kebiasaan berpuasa sebelumnya, maka sebaiknya tidak berpuasa," ujar Buya Yahya, dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @buyayahyaofficial.

Buya Yahya menegaskan bahwa dalam mazhab yang dianut, puasa setelah pertengahan Sya'ban bisa menjadi makruh bahkan sebagian ulama menyatakannya haram, tergantung pada kondisi tertentu.

Menurutnya, perbedaan pendapat dalam masalah ini tidak seharusnya menjadi perdebatan yang memperkeruh keadaan. Setiap mazhab memiliki pandangannya masing-masing, dan hal ini harus dihormati.

"Sebagian menyatakan haram, tetapi ada pula yang tidak mempermasalahkannya. Jadi, dalam mazhab kita, ada ketentuan khusus terkait hal ini," jelasnya.

Buya Yahya menambahkan bahwa kemakruhan atau keharaman dalam hal ini bisa dihindari jika seseorang telah memiliki kebiasaan berpuasa sebelum Nisfu Sya'ban.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Menyambung Puasa Tidak Masalah

Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma'arif alias Buya Yahya
Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma'arif alias Buya Yahya. (Foto: YouTube Al Bahjah TV)... Selengkapnya

"Jika seseorang menyambung puasa dengan hari sebelum Nisfu Sya'ban, maka tidak ada masalah. Begitu juga jika ia memiliki kebiasaan berpuasa Senin-Kamis atau puasa sunnah lainnya," paparnya.

Hal yang tidak diperkenankan adalah jika seseorang tidak pernah berpuasa sunnah sebelumnya, lalu tiba-tiba berpuasa pada Nisfu Sya'ban tanpa alasan yang jelas.

"Misalnya, seseorang yang tidak pernah puasa sunnah, tiba-tiba berpuasa di pertengahan Sya'ban, bukan karena qadha atau kebiasaan, maka itu yang tidak diperbolehkan," tegasnya.

Buya Yahya juga menekankan bahwa bagi seseorang yang memiliki utang puasa, maka tidak ada masalah untuk mengqadha puasanya di pertengahan Sya'ban.

"Kalau niatnya adalah membayar utang puasa Ramadan, maka sah-sah saja. Tidak ada larangan dalam hal ini," ujarnya.

Ia mengingatkan agar tidak terlalu memperumit permasalahan ini sehingga menimbulkan perdebatan yang tidak perlu di tengah masyarakat.

"Perbedaan pandangan ini bukan untuk diperdebatkan dengan keras. Sebaiknya kita memahami dengan baik tanpa menyalahkan orang lain," pesannya.

Buya Yahya menambahkan bahwa ibadah harus dilakukan dengan ilmu, agar seseorang tidak terjerumus dalam kesalahan akibat ketidaktahuan.

 

Pastikan Ibadah Memiliki Dasar Kuat

tips puasa untuk anak
ilustrasi puasa ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

"Jangan hanya ikut-ikutan tanpa memahami dalilnya. Pelajari dengan baik, agar tidak salah dalam beribadah," jelasnya.

Dalam Islam, menjaga keseimbangan dalam beribadah adalah hal yang sangat penting. Oleh karena itu, setiap orang harus memahami ketentuan-ketentuan yang ada.

"Yang penting adalah mengikuti ajaran yang benar, sesuai dengan tuntunan yang diajarkan oleh para ulama," tambahnya.

Buya Yahya menekankan bahwa memahami agama dengan baik adalah kewajiban setiap muslim agar tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang belum jelas kebenarannya.

"Jangan sampai kita beribadah dengan cara yang salah hanya karena kurangnya ilmu. Pahami dalil dan penjelasan ulama sebelum mengambil keputusan," tuturnya.

Ia juga mengajak umat Islam untuk lebih mendalami ajaran agama agar setiap ibadah yang dilakukan benar-benar bernilai di sisi Allah.

"Jangan sampai niat baik malah menjadi keliru karena kurangnya pemahaman," ujarnya.

Pemahaman yang benar terhadap ibadah sangat penting agar seseorang tidak terjebak dalam amalan yang justru bertentangan dengan ajaran Islam.

Menjalankan ibadah dengan ilmu yang cukup akan membuat seseorang lebih tenang dan tidak mudah terpengaruh oleh pendapat yang tidak memiliki dasar yang kuat.

Pada akhirnya, setiap amalan yang dilakukan harus berlandaskan ilmu dan keikhlasan agar mendapatkan keberkahan dari Allah.

"Pastikan setiap ibadah yang kita lakukan memiliki dasar yang kuat, sehingga tidak hanya menjadi ritual tanpa makna," pungkasnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya