Liputan6.com, Garut - Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Jawa Barat menyatakan, pemerintah segera menggelar Operasi Pasar (OP) komoditas kacang kedelai, untuk merespon keluhan meroketnya harga kedelai saat ini.
"Soal waktunya kami tengah berkoordinasi dengan dinas perindustrian dan perdagangan," ujar Kepala Dinas Pertanian Garut Beni Yoga Gunasantika, Senin (11/1/2021).
Menurutnya, keluhan harga yang disampaikan kalangan perajin tempe tahu di Garut, mendapatkan perhatian pemerintah pusat, dengan merencanakan menggelar OP dalam waktu dekat.
Advertisement
Baca Juga
"Nanti Kementerian Perdagangan yang menentukan waktu termasuk berapa kuota yang akan diberikan," ujarnya.
Dalam pelaksanaannya, ujar Beni, harga yang disepakati untuk tingkat perajin berada pada angka Rp8.500 per kilogram.
"Soal kebutuhannya sudah kami sampaikan tergantung kebijakan mereka," ujar dia.
Beni mengakui hingga kini pemerintah daerah belum menyiapkan rencana dan strategi apa yang dibutuhkan untuk menekan harga kacang kedelai, hingga akhirnya bisa kembali ke posisi semula pada harga Rp 6.500–Rp 7.000 per kilogram.
Untuk jangka menengah, Pemda Garut telah merencanakan dan menyiapkan lahan baru seluas 1.200 hektare untuk tanaman kedelai. "Tahun ini segera dilakukan penanaman," kata dia.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Keresahan Perajin Tempe Tahu
Sebelumnya, kalangan perajin tempe di Garut, Jawa Barat mulai mengeluhkan kenaikan harga beli kacang kedelai saat ini. Mereka meminta pemerintah segera melakukan Operasi Pasar (OP) untuk menstabilkan harga.
Abdul Aziz (30), salah seorang perajin tempe di kampung Ciawitali, Garut mengatakan, kenaikan harga beli kacang kedelai sudah berlangsung sejak tiga bulan terakhir menjelang pergantian tahun.
"Namun yang paling melonjak dirasakan dalam dua bulan terakhir atau sekitar November-Desember," kata dia.
Awalnya harga kedelai berkisar di angka Rp6.500–Rp7.000 per kilogram, namun perlahan pasti kini harga kedelai sudah melewati angka Rp 9.000 lebih per kilogram.
"Sekarang berada di harga Rp9.000- Rp9.500 per kilogram," kata dia.
Untuk mempertahankan daya beli terutama para pelanggan akhirnya mereka mengecilkan ukuran tempe yang akan dijual kepada masyarakat.
"Biasanya satu kilo bisa 4-5 biji, sekarang bisa jadi Rp 6 biji, ya kita siasati saja agar pembeli tetap bisa dilayani," ujar Aziz.
Sementara itu, Yudi, salah satu agen distributor kacang kedelai Garut menyatakan kenaikan harga kedelai yang berlangsung sejak September itu dipicu beberapa hal.
"Pertama, tentu pandemi COVID-19, salah satunya kapal ekpedisi pengangkut kedelai terganggu protokoler COVID-19," ujar pemilik PD Oman Putra tersebut.
Kedua, ujar dia, kenaikan harga akibat kenaikan nilai tukar mata uang dolar, sementara nilai rupiah masih terpuruk.
"Amerika sendiri panen raya kedelai mulai didistribusikan d bulan Januari ," ujar dia.
Dengan kondisi itu, praktis pasokan kedelai di seluruh mitra dagang Amerika, termasuk Indonesia menipis. Hal ini yang mengerek kenaikan kedelai di dalam negeri.
"Semoga pasokan kembali melimpah sehingga harga kembali normal bagi pedagang," kata dia.
Advertisement