Sudah Waktunya Perpustakaan Kampus di Daerah Turun Tangan Kembangkan Literasi

Forum perpustakaan perguruan tinggi, diharapkan tidak sekadar dijadikan wadah untuk berbagi jejaring, namun juga turut mengatasi masalah literasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Feb 2021, 16:56 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2021, 16:56 WIB
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando saat mengukuhkan Pengurus Pusat Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) periode 2020-2023. (Liputan6.com/ Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Perpustakaan Perguruan Tinggi diminta ikut berperan dalam meningkatkan literasi di Indonesia. Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI Muhammad Syarif Bando, menyatakan hal ini saat mengukuhkan Pengurus Pusat Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) periode 2020-2023.

Dia berharap, forum perpustakaan perguruan tinggi, termasuk di daerah, tidak sekadar dijadikan wadah untuk berbagi jejaring, namun juga turut mengatasi masalah literasi Indonesia mulai dari hilir hingga hulu.

"Saya ingin forum ini tidak hanya sekadar berbagi jejaring tetapi ada pekerjaan berat yang harus dilakukan, keluarlah dari zona nyaman dan bekerja untuk negeri," ujarnya, Rabu (10/2/2021).

Seperti halnya persoalan rendahnya literasi Indonesia yang seringkali didengungkan. Menurut Syarif Bando, perlu adanya perbaikan di sisi hulu untuk mengatasi persoalan tersebut. Salah satunya, memastikan tersedianya bahan bacaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

"Berhenti kita menghakimi masyarakat yang tidak suka membaca, tetapi apakah kita sudah menyediakan bahan bacaan yang dibutuhkan. Siapapun kita mari dorong setiap orang untuk menulis buku yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat," ungkapnya.

Selain itu, lanjutnya, perlu ada regulasi yang memungkinkan buku yang berada di kota besar bisa sampai wilayah timur Indonesia hingga Papua maupun Nusa Tenggara Timur, serta menyiapkan anggaran yang memastikan dapat menyiapkan bahan bacaan sesuai dengan standar UNESCO yakni minimal tiga buku tiap orang tiap tahunnya.

Syarif Bando menegaskan, tidak benar baca budaya Indonesia rendah, sebab bangsa Indonesia memiliki keturunan nenek moyang pembaca terbaik di dunia. Hal ini dibuktikan dengan keragaman aksara di Indonesia yang mencapai lebih dari 50 aksara, misalnya aksara Batak, Jawa, dan Bali.

"Dengan fakta yang ada, kami mohon FPPTI untuk turut berperan. Masa kepengurusan yang hanya tiga tahun jangan sebatas seremoni saja. Melainkan, bantu Perpusnas menyelesaikan persoalan ini di sisi hulu. Jika bicara rendahnya budaya baca, otomatis indeks literasi rendah, daya saing rendah, pendapatan per kapita rendah. Hal ini jangan diperdebatkan lagi," jelasnya.

Dukungan ini sangat dibutuhkan untuk menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas, sesuai dengan kebijakan Presiden Joko Widodo. Melalui transfer ilmu pengetahuan dan penyiapan buku ilmu terapan, perguruan tinggi bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang terbelenggu kemiskinan dan kebodohan.

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya