Liputan6.com, Padang - Cuaca panas dan terik di sebagian wilayah Sumatera Barat beberapa pekan terakhir, berdampak pada lahan pertanian warga di Kota Padang.
Setidaknya 394,25 hektare sawah yang belum ditanami benih dan 239,25 hektare yang yang sudah ditanam saat ini mengalami kekeringan.
"Sawah yang mengalami kekeringan terdapat di tiga kecamatan, yakni Bungus Teluk KAbung, Lubuk Kilangan dan Nanggalo," kata Kepala Dinas Pertanian Kota Padang Syahrial Kamat, Sabtu (20/2/2021).
Advertisement
Meski demikian, ia menyebut dampak kekeringan saat musim awal tanam dan musim berbunga belum bisa dikatakan gagal panen, namun berpotensi mengurangi produksi.
Hal itu karena biasanya musim kemarau di Kota Padang tidak kontras dan sesekali juga turun hujan, sehingga tanaman padi tidak mati.
Pihaknya juga berupaya mengambil langkah untuk mengantisipasi kerugian yang dialami para petani akibat kekeringan ini, seperti melakukan sosialisasi kepada petani agar beralih tanaman.
Baca Juga
"Sawah yang belum ditanami benih juga banyak, kami imbau petani agar bertanam palawija seperti Kacang tanah, jagung atau sayuran yang tidak membutuhkan air banyak," ujarnya.
Namun, lanjutnya jika memang ingin menanam padi, maka solusinya yakni menyalurkan air menggunakan pompa. Dinas pertanian telah membagikan pompa ke sejumlah kelompok tani di kota itu.
"Kelompok tani yang tidak ada pompa, bisa dipinjam ke kelompok tani lain dan difasilitasi penyuluh," katanya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Minangkabau, menganalisis kondisi cuaca saat ini di sebagian besar daerah Sumbar dipengaruhi oleh adanya pola angin monsun Asia.
Selain adanya pola angin monsun Asia, kondisi cuaca panas di Sumbar juga disebabkan oleh sistem tekanan rendah di bagian selatan Indonesia dan perairan Hindia.
"Jadi pola angin monsun dari Asia ini menyebabkan massa udara basah yang seharusnya terdapat di wilayah Sumbar, bergerak ke arah tenggara-selatan Indonesia," kata Kepala Seksi dan Observasi BMKG Minangkabau, Yudha Nugraha.