Makan Jengkol dan Candil Jadi Strategi Jabar Hidupkan Budaya Literasi

Fakta ratusan anak mengalami gangguan jiwa karena kencaduan gawai harus jadi titik tolak pembangunan budaya literasi di Jabar.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Mar 2021, 13:00 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2021, 13:00 WIB
Keseruan Ngabuburit di Sungai Ciliwung
Anak-anak membaca buku di Saung Pustaka Air di Depok, Jawa Barat, (30/5). Perpustakaan ini menjadi sarana edukasi untuk menjaga dan mengenalkan area konservasi keanekaragaman hayati. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Bunda Literasi Jawa Barat Atalia Praratya Ridwan Kamil menggambarkan, jumlah penduduk di Jawa Barat yang 10 kali jumlah penduduk Selandia Baru atau dua kali lipat dari jumlah penduduk sebenua Australia, menjadi tantangan tersendiri baginya dalam mengembangkan budaya literasi.  

Istri Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil itu mengungkapkan, ibarat dua sisi mata uang, punya penduduk yang banyak bisa menjadi potensi, sekaligus juga bisa menjadi masalah jika kita tidak mampu mengelola sumber daya manusianya dengan baik.

Dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bidang Perpustakaan 2021 yang digelar secara virtual, Selasa, (23/3/2021), dirinya mengatakan, literasi bisa menjadi titik sentral kebudayaan yang bisa membawa masyarakat pada kemaslahatan.

Pada kesempatan itu, Atalia juga mengungkap, pada 2016 Indeks Baca Masyarakat Jawa Barat berada pada poin 68,16, masuk kategori cukup. Sayangnya pada 2020, sedikit kendor. Meski masih dalam ambang batas 'cukup', indeksnya turun 6,67 poin ke poin 61,49. Penurunan indeks baca masyarakat, katanya, disebabkan laju pertumbuhan penduduk Jabar tak sebanding dengan fasilitas perpustakaan, koleksi buku dan sarana penunjang literasi lainnya.

"Jumlah perpustakaan aktif di Jawa Barat sebanyak 16.384, yang belum secara menyeluruh ada di setiap kota/kabupaten, kecamatan, desa dan kelurahan. Akses masyarakat ke perpustakaan juga masih terbatas, terlebih lagi saat pandemi yang mekin membuat mereka mengakses sumber, ditutup," kata Atalia.

Penurunan ini, menurut Atalia, juga ditengarai kecenderungan generasi Z yang lebih suka menonton televisi, mendengar musik dan mengakses internet, termasuk kelas lebih tuanya, yakni generasi milenial yang nyaris semuanya menjangkau informasi dengan smartphone, ketimbang membaca buku.

"Padahal saya juga terkaget-kaget setelah tahu bahwa 104 anak yang mengalami gangguan jiwa karena kecanduan gawai, dirawat di RSJ di Jabar (Bandung), belum terhitung yang dirawat di RSJ di kota/kabupaten," katanya.

Bahaya lain yang ditakutkannya adalah, anak-anak menjadi malas makan hingga mengalami gizi buruk, dan banyak yang juga mengalami obesitas karena terlalu sering duduk atau berbaring, bermain ponsel sambil makan dan minum. Anak-anak juga cenderung kehilangan teman, tak cakap bersosialisasi langsung, dan juga mengurangi produktivitasnya.

Bahaya-bahaya inilah yang kemudian mendorong Jawa Barat kian gencar melakukan gerakan literasi, yang dicanangkan secara jangka panjang untuk tahun 2018 hingga 2023.

"Kita memfasilitasi pembangunan gedung perpustakaan Kabupaten Pangandaran, juga banyak perpustakaan kecamatan, desa dan kelurahan. Kita menyediakan juga mobil perpustakaan keliling untuk 27 kabupaten/kota. Gedung perpustakaan disabilitas dan deposit juga dibangun di Gedebage," katanya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Strategi Jemput Bola

Kolecer, Perpustakaan Jalanan Penumbuh Budaya Literasi
Seorang ibu menemani anaknya membaca buku yang tersedia di layanan Kotak Literasi Cerdas (Kolecer) di Taman Sempur, Bogor, Jawa Barat, Kamis (20/12). Kehadiran Kolecer bertujuan untuk menumbuhkan budaya literasi. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Jabar juga memfasilitasi pembentukan perpustakaan di mal, terminal, stasiun, taman, hingga sepanjang jalan aliran Sungai Citarum, agar buku bisa diakses dengan mudah oleh banyak orang. Perpustakaan di sekolah dan Ponpes juga dibangun, termasuk fasilitas gerobak baca, motor baca, becak baca dan perahu baca.

"Kita juga punya Kolecer (Kotak Literasi Warga Cerdas), semacam kotak telfon yang bisa menampung 80 buku. Kolecer ini adalah sumbangan yayasan atau masyarakat, yang ada di 600 titik di Jawa Barat. Kami menyediakan ini dengan harapan masyarakat lebih mudah mengakses buku bacaan," Atalia.

Untuk mengintegrasikan buku bacaan dengan teknologi, Jawa Barat membuat aplikasi Candil (Macadina Digital Library) dengan isi 500 judul buku paling terini yang bisa dipindahkan secara digital.

"Kita juga bekerja sama dengan Grab Express untuk program Makan Jengkol (mari kita antar jemput buku dengan kolaborasi), di mana saat pandemi kita takut mengunjungi perpustakaan, kita bisa melalui Grab," katanya.

Selain aktif menyuarakan minat baca untuk masyarakat Jawa Barat dengan festival, membaca dongeng dan menghadiri segala kegiatan yang berhubungan dengan buku, sang Bunda juga aktif menulis buku dengan tema anak-anak.

Sampai hari ini, Atalia sudah menulis empat buku, termasuk Catatan Kecil Tentang Kita, Mia & Ikan Goreng, dan Rendi Sakit Perut yang baru saja dirilis.

"Saya sengaja membuat buku agar memancing Bunda Literasi dari daerah lain juga aktif menulis buku. Jangankan Bunda Literasi, bunda-bunda lain di rumah juga bisa menulis buku. Bahkan sekarang banyak anak-anak yang sudah bisa menulis buku. Intinya, gerakan literasi itu mulai dari yang kita bisa lakukan saja," katanya menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya