Liputan6.com, Sidoarjo - Warga Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, tetap mempertahankan tradisi lebaran berupa bagi-bagi uang saku di tengah pandemi penyebaran virus corona atau COVID-19.
Namun, tradisi bagi uang saku yang dilakukan oleh Trisnadi, warga Kureksari Waru, Sidoarjo, ini berbeda dengan biasanya, yakni menggantungkan amplop berisi uang di pagar rumah miliknya.
"Siapapun boleh mengambilnya, tetapi per orang satu amplop," kata Trisnadi di Sidoarjo.
Advertisement
Baca Juga
Ia mengatakan, kegiatan menggantungkan uang saku di pagar rumah itu sebagai amplop kejujuran, karena si penerima amplop akan mengambil sendiri uang dalam amplop yang digantung di pagar.
"Di situ ditulisi pengumuman, 'Pagar Kejujuran. Satu Orang Satu Amplop'," katanya, dikutip Antara.
Menurutnya, tradisi ini sudah biasa dia lakukan, namun caranya kali ini berbeda karena pandemi COVID-19.
"Kami ingin mendukung imbauan pemerintah supaya tidak berkunjung dan bersentuhan di kala wabah masih mengganas ini. Imbauan jaga jarak dan sosial dijawab memakai cara seperti itu," katanya.
Ia mengatakan, ada anak yang ingin bermaafan, cukup ambil satu amplop di pagar dan pemilik rumah dari dalam sudah menjawabnya dengan singkat saja.
"Minal aidin wal faizin. Mohon maaf lahir dan batin," katanya.
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Jaga Prokes
Menurutnya, silaturahim tetap terjaga tanpa kerumunan warga dan tanpa bersinggungan salaman tangan, demi mencegah penularan virus corona.
"Saya berharap semua anak-anak dan semua warga kampung ini selamat dan sehat dari serangan virus COVID-19 ganas ini," katanya.
Tanpa disadari, kata dia, metode unik yang baru dijelmakan tahun ini juga menambah nilai menanamkan kejujuran di kalangan anak-anak.
Ia mengatakan, bukan tidak mungkin ada saja yang mengambil dua amplop, tetapi ketika ditulisi satu amplop untuk satu orang, pagar kejujuran memaksa mereka tergerak jujur.
"Tradisi ini memecah kebekuan, bagaimana melakukan silaturahim di kala pandemi COVID-19 yang kian mengganas. Ada suasana Idul Fitri yang harus dipertahankan," katanya.
Terutama, lanjut dia, bagaimana menuliskan cerita hidup di kalangan anak-anak yang akan berkesan hingga mereka dewasa nanti.
"Dan memang kebahagiaan yang paling tampak kala Idul Fitri adalah kalangan anak-anak," katanya.
Trisnadi mengaku ingin tetap mempertahankan tradisi silaturahim saat lebaran Idul Fitri, meskipun ada pandemi COVID-19.
"Kesannya berbeda, selain uang baru juga nuansa Idul Fitri sangat asyik," ujarnya saat memeriksa amplop yang masih tersisa.
Sementara itu, salah seorang anak, Rafa Arkana, mengaku senang dengan pemberian uang saku yang dimasukkan di dalam amplop. "Senang dapat uang saku," katanya.
Advertisement