Perjuangan Perempuan Pengolah Jagung Titi di Lamakera NTT

Masyarakat di pulau Flores bagian Timur, khususnya yang mendiami wilayah Pulau Adonara, Solor, Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki makanan khas unggulan yang disebut jagung titi.

oleh Dionisius Wilibardus diperbarui 19 Jun 2021, 19:00 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2021, 19:00 WIB
Perempuan Lamakera, Desa Motonwutun,Kecamatan Solor Timur,Kabupaten Flores Timur,NTT sedang membuat Jagung Titi. (Foto Istimewah)
Perempuan Lamakera, Desa Motonwutun,Kecamatan Solor Timur,Kabupaten Flores Timur,NTT sedang membuat Jagung Titi. (Foto Istimewah)

Liputan6.com, Flores Timur - Masyarakat di pulau Flores bagian Timur, khususnya yang mendiami wilayah Pulau Adonara, Solor, Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki makanan khas unggulan yang disebut jagung titi.

Makanan khas jagung titi sudah dikenal sejak leluhur dan terus diproduksi secara tradisional hingga kini.

Membuat jagung titi bahkan menjadi mata pencaharian sebagian warga warga Desa Wotonmutun, Kecamatan Solor Timur, Kabupaten Flores Timur, NTT.

Saban hari, para perempuan Lamakera sibuk mengolah jagung titi di rumah mereka masing-masing. Jagung titi memang sudah manjadi pangan lokal di daerah tersebut yang diwariskan oleh nenek moyang.

Siti Mansur, warga Desa Wotonmutun, Kecamatan Solor Timur, Kabupaten Flores Timur mengaku terbiasa memproduksi jagung titi setiap hari.

“Saya biasa buat jagung setiap hari setelah anak-anak berangkat ke sekolah,” kata Siti kepada awak media di kediamannya, Rabu (16/6/2021).

Siti mengaku kegiatan memproduksi jagung titi dilakukan sejak pukul 09.00 WITA setelah menyelesaikan pekerjaan rumah hingga sekitar jam 11.00 WITA.

Setelah menyiapkan makan siang buat keluarga dan beristirahat sebentar dirinya pun kembali melanjutkan pekerjaan tersebut hingga sekitar pukul 16.00 WITA.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Dijual kepada Nelayan yang Hendak Melaut

Dia mengakui, dalam sehari hanya bisa menghasilkan dua kantong plastik jagung titi sebab tidak maksimal mengerjakannya.

“Sebenarnya bisa menghasilkan tiga kantong plastik apabila tidak sibuk dengan pekerjaan rumah tangga. Satu kantong plastik jagung titi dijual seharga Rp50 ribu,” ungkapnya.

Siti mengaku menjual jagung titi tersebut kepada para nelayan warga Lamakera yang hendak pergi melaut menangkap ikan.

Ia katakan tidak setiap hari jagung titi produksinya dibeli para nelayan namun dirinya tetap melakoni pekerjaan ini untuk menambah kebutuhan keluarga.

“Suami saya nelayan dengan pendapatan pas-pasan. Hasil penjualan jagung titi diakuiya bisa menambah kebutuhan keluarga apalagi saat pandemi Corona saat ini yang membuat pendapatan nelayan pun berkurang,” ungkapnya.

Sementara itu, Safrida Sukur warga lainnya mengakui, sejak pandemi Corona, penjualan jagung titi kepada para nelayan Lamakera yang hendak melaut pun menurun karena harga jual ikan menurun.

Safrida menyebutkan, menurunnya harga jual ikan dan sulitnya memasarkan ikan hasil tangkapan ke luar daerah membuat pendapatan nelayan di Lamakera juga menurun.

“Apabila Jagung Titi tidak dibeli maka warga menyimpannya dengan cara digantung di dalam rumah saja sebab tidak mungkin dijual ke desa lainnya,” ujarnya.

Safrida saat ditanyai apakah tidak menjual ke Waiwerang, Ibukota Kecamatan Adonara Timur yang berada di Pulau Adonara yang hanya terpisah laut dengan Lamakera di Pulau Solor dia pun menggelengkan kepala.

 

Makanan Warisan Etnis Lamaholot

Menurutnya, jagung titi banyak diproduksi warga di Pulau Adonara sehingga tidak mungkin menjualnya ke Pulau Adonara dan wilayah lainnya di Pulau Solor karena hampir semua desa selalu saja ada perempuan yang memproduksi Jagung Titi.

“Penjualan jagung titi memang tidak stabil. Kalau sehari laku satu kantong saja maka sebulan bisa 30 kantong dan memproleh pendapatan Rp1,5 juta. Tapi rata-rata sebulan paling banyak hanya Rp1 juta saja,” ucapnya.

Siti dan Safrida mengaku sejak pademi Corona pendapatan dari menjual Jagung Titi paling-paling hanya Rp500 ribu saja bahkan bisa kurang.

Keduanya menyebutkan membeli jagung di Waiwerang dengan harga Rp10 ribu dengan menggunakan ukuran tiga wadah plastik berukuran kecil.

“Dengan modal Rp20 ribu untuk beli jagung baru bisa menghasilkan satu kantong plastik jagung titi, Jadi satu kantong plastik jagung titi keuntungannya Rp30 ribu,” ungkap Safrida.

Jagung titi merupakan makanan lokal yang diproduksi warga etnis Lamaholot yang meliputi Kabupaten Flores Timur, Lembata, dan Alor.

Jagung titi diproduksi dengan cara menggoreng jagung di tembikar yang dibuat dari periuk tanah. Saat jagung hampir matang, menggunakan tangan jagung diambil dan ditumbuk (Titi) hingga berbentuk lempeng.

Jagung yang diambil dengan tangan kiri dari tembikar lalu diletakkan di atas batu ceper dan secepatnya ditumbuk menggunakan batu bulat ceper berukuran kecil yang dipegang di tangan kanan.

Proses mengambil jagung dari tembikar dan ditumbuk hingga lempeng di batu ceper harus dilakukan secepat kilat agar jagung di dalam tembikar tidak hangus atau gosong.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya